PWMU.CO – Guru SMK Muhammadiyah 8 Siliragung (SMK Models) Banyuwangi mengikuti Pelatihan Fasilitator Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di SMA Muhammadiyah 3 (SMAM 3) Jember, Ahad (1/12/2024).
Guru tersebut adalah Fela Layyin, guru mata pelajaran Pendidikan Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab. Dia mengikuti pelatihan ini atas undangan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Fela panggilan akrabnya yang juga Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Siliragung Periode 2022-2027 itu berangkat dari Banyuwangi berdua bersama dengan Yulia Febrianti. Dengan menaiki kereta Probowangi turun di Stasiun Jember. Dari stasiun ini dia kemudian naik grab sampai di SMA Muhammadiyah 3 (SMAM 3) tempat pelatihan diselenggarakan. Karena lokasi SMAM 3 tidak jauh dari Stasiun Jember.
Menurutnya pelatihan ini merupakan pelatihan Fasilitator SPAB kedua yang pernah ia ikuti. Pelatihan yang pertama diinisiasi oleh BNPB Indonesia yang bekerja sama dengan MDMC PP Muhammadiyah.
Dia menyampaikan pelatihan yang dilaksanakan selama tiga hari, mulai 29 November sampai dengan 1 Desember 2024 ini memberikan ilmu dan pengalaman yang luar biasa. Ditambah lagi materi pelatihannya juga menarik, mulai dari Fikih Kebencanaan, Manajemen Kebencanaan dan One Muhammadiyah One Respon (OMOR).
“Yang paling seru adalah materi Analisa Risiko Bencana. Peserta dibagi kelompok berdasarkan daerah. Kemudian membuat matrik jenis dan ragam ancaman, pemeringkatan ancaman, karakter ancaman, penilaian risiko bencana, peta evakuasi, rencana tindak lanjut, dan prosedur tetap,” ulasnya.
Selain itu ada juga simulasi penanganan secara lansung terhadap pasien resusitasi jantung paru (RJP) dan penanganan patah tulang.
Fela berharap, setelah pelatihan ini tentunya ada tindak lanjut dan saling berkoordinasi antara MDMC Banyuwangi dengan AUM Pendidikan dan Ortom yang ada di Kabupaten Banyuwangi untuk mengadakan pelatihan siaga bencana, karena dilihat dari letak geografis wilayah Banyuwangi memiliki potensi bencana yang beragam, mulai dari banjir, tsunami, erupsi, kebakaran dan lain sebagainya.
“Sinergitas ini nantinya bisa menjadikan kita pada satu komando yang sama yaitu One Muhammadiyah One Respon. Karena bencana bisa datang kapan saja tanpa di prediksi dan tanpa ada aba-aba datangnya. Jika kita sudah mengadakan pelatihan, maka kita akan paham apa yang harus di lakukan pertama kali ketika ada bencana, salam tangguh,” harapnya. (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Wildan Nanda Rahmatullah