PWMU.CO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek menggelar Pengajian Ahad pagi di halaman Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Gandusari, Trenggalek pada Ahad (1/12/2024).
Acara ini dihadiri oleh ribuan warga Muhammadiyah Trenggalek yang datang dari berbagai Kecamatan di Trenggalek. Mereka berbondong-bondong memenuhi halaman, kursi, hingga berbagai ruang di sekitar MIM Gandusari untuk mengikuti Pengajian Ahad Pagi yang diselenggarakan oleh PDM Trenggalek.
Kegiatan diawali dengan berbagai pentas seni yang dibawakan oleh siswa-siswi dari MIM Gandusari, MIM Sukorejo, dan MTSM 2 Gandusari. Acara kemudian dilanjutkan dengan pengajian iftitah dari Wakil Ketua PDM Trenggalek, Mujiarto yang memberikan materi tentang kaidah sopan santun, akhlak dalam falsafah Jawa.
Selanjutnya yakni sambutan dari Ketua PDM Trenggalek, Wicaksono yang menyampaikan terkait perkembangan Muhammadiyah Trenggalek.
Pengajian Ahad Pagi kali ini menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati MS IPU ASEAN Eng sebagai pemateri. Dalam kesempatan tersebut, Sasmito menyampaikan pengalaman dan pandangannya tentang perkembangan terkini teknologi, khususnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).
Ia kemudian menceritakan salah satu pengalamannya yang terjadi sekitar tiga minggu sebelumnya di kampus. Saat itu, Sasmito berada di laboratorium bersama beberapa mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Ketika sedang bersama mereka, tiba-tiba Sasmito menerima telepon dari seorang rekan dosen dalam tim pengajar (team teaching). Rekannya tersebut mengabarkan bahwa
Sasmito dijadwalkan akan mengajar pada pukul satu siang.
Mendengar kabar tersebut, di hadapan para mahasiswa, Sasmito terlihat kaget dan bingung. Ia spontan mengucapkan, “Astaghfirullah, nanti jam satu saya mengajar, tetapi power point-nya belum siap.”
Melihat kebingungannya, salah seorang mahasiswa yang juga akan mengikuti kelas Sasmito ini bertanya, “Pak, apakah punya RPS (Rencana Pembelajaran Semester)?.”
Setelah itu, Sasmito mengambil RPS dari drive dan memberikannya kepada mahasiswa.
“Pak, saya buatkan power pointnya ya,” tanya anak tersebut.
“Anak yang membuat power point untuk saya itu adalah salah satu anak yang akan saya ajar. Itulah yang saya sebut sebagai Artificial Intelligence, belum masuk kelas, tetapi dia sudah tahu apa yang akan diajarkan, pinter,” ucap Sasmito.
Pria yang masih kuat berlari ratusan kilometer dari Trowulan, Mojokerto ke Malang tersebut kemudian menceritakan pengalamannya saat mempersiapkan khutbah.
“Saat itu, saya menikmati lari, lalu ide-ide muncul dengan sendirinya. Setelah itu, saya mencari hadits atau ayat al-Quran yang relevan,” tuturnya.
Namun, Sasmito mengakui bahwa cara persiapannya kini sedikit berbeda dengan adanya teknologi seperti ChatGPT.
“Sekarang berbeda, tinggal buka ChatGPT,” ujarnya.
Ia menambahkan, “ChatGPT ini bukan buatan orang Islam, bahkan ia tidak beragama, tetapi semua topik dari al-Quran bisa keluar.
Selain membahas fenomena ChatGPT, Sasmito juga mengungkapkan keresahannya terhadap beberapa isu sosial yang terjadi belakangan ini. Ia menyoroti fenomena seorang artis yang terlibat hubungan seks bebas dengan seorang penyanyi, yang mencerminkan degradasi moral di masyarakat.
Tidak hanya itu, Sasmito juga mengaku resah dengan adanya fenomena kaum jenggot dan cingkrang yang suka mengkafirkan orang Islam yang lain, padahal Muhammadiyah hadir untuk memperbaiki akidah.
“Apakah teknologi dan akidah harus dipisah? maka kembalilah ke surat al-Baqarah ayat 284 bahwa semuanya adalah milik Allah SWT,” tegasnya.
Penulis Kamas Tontowi Editor Ni’matul Faizah