PWMU.CO — SMA Muhammadiyah 8 Cerme Gresik kembali mencatatkan inovasi dalam dunia pendidikan dengan meluncurkan sistem Penilaian Sumatif Akhir Semester (PSAS) berbasis proyek dan kolaborasi.
Program yang berlangsung pada Selasa-Jumat (3–13/12/2024) dan mengintegrasikan ujian berbasis platform Moodle dengan proyek-proyek kreatif serta kolaborasi antarmata pelajaran. Inisiatif ini merupakan upaya sekolah untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan abad ke-21.
PSAS kali ini mengusung metode penilaian yang lebih aplikatif, interaktif, dan relevan dengan kehidupan nyata.
Siswa tidak hanya menjawab soal-soal di platform Moodle. Namun, juga menyelesaikan proyek lintas mata pelajaran, seperti pembuatan karya tulis ilmiah (KTI) dan vlog tentang isu globalisasi di Bali.
“Kami ingin siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam bentuk karya yang bermanfaat. Tentunya, dengan ujian ini, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan mempresentasikan hasil belajar dapat lebih terasah,” ujar Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 8 Cerme, Emi Faizatul Afifah MSi.
Salah satu proyek kolaboratif yang menarik adalah integrasi antara mata pelajaran Sosiologi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, dan Sejarah. Siswa membuat KTI tentang isu globalisasi serta vlog yang memadukan data, analisis, dan kemampuan narasi. Proyek ini dipresentasikan sesuai jadwal PSAS yang telah ditentukan.
Peran Komunitas Guru dalam Pelaksanaan PSAS
Inovasi PSAS ini tidak lepas dari peran aktif Komunitas Belajar “Sigaps M8”, forum kolaborasi guru dari rumpun mata pelajaran Sosial (Ekonomi, Sosiologi, Geografi), Bahasa, dan Umum.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Yuyun Minarti SE menjelaskan bahwa komunitas ini telah merancang PSAS berbasis proyek untuk semua jenjang kelas, berbeda dari tahun sebelumnya yang hanya diterapkan pada kelas XII.
“Ujian berbasis proyek memberikan siswa kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam konteks nyata. Pendekatan ini tidak hanya menilai aspek kognitif, tetapi juga kemampuan praktis, kreativitas, kerja tim, dan keterampilan komunikasi,” ujar Yuyun.
Lebih lanjut, Yuyun menambahkan bahwa hampir 80 persen PSAS tahun ini berbasis proyek dan kolaborasi, dengan berbagai kegiatan seperti belajar dari tokoh inspiratif, wawancara isu di Bali, hingga simulasi kasus yang relevan dengan dunia nyata.
Para guru memberikan tanggapan positif terhadap inovasi ini. Dwi Kristanto SPd guru Sosiologi, menilai sistem ini sebagai langkah tepat untuk mencetak generasi unggul.
“Proyek kolaboratif ini mengembangkan keterampilan siswa secara holistik, mulai dari kreativitas, kerja tim, hingga kemampuan analisis. Ini adalah pembelajaran yang aplikatif dan sesuai dengan tantangan zaman,” ujarnya.
Ichda Sholikhatun SPd guru Bahasa Inggris, juga mengapresiasi pendekatan kolaboratif ini. Menurutnya, metode ini memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan menyenangkan.
“Siswa tidak hanya diuji secara teoritis, tetapi juga dalam penerapan konsep melalui presentasi dan kerja sama lintas mata pelajaran. Ini juga membantu memupuk kemampuan komunikasi siswa dalam konteks global,” jelasnya.