PWMU.CO – Kisah tragis yang mencengangkan terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu. Seorang anak membunuh ayah dan neneknya sementara sang ibu dalam kondisi kritis. Peristiwa ini memunculkan pertanyaan besar tentang apa yang mendorong tindakan tersebut. Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Hudaniah memberikan pandangannya mengenai kasus ini.
Hudaniah mengatakan bahwa dari informasi media, pelaku sempat mengaku mendengar suara-suara yang disebut sebagai halusinasi auditori. Namun, hal ini belum cukup untuk memastikan adanya gangguan psikologis tertentu.
“Untuk mendiagnosa seseorang mengalami gangguan psikologis, asesmen mendalam sangat diperlukan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pernyataan media atau pengakuan sepihak, apalagi diagnosa halusinasi memerlukan konfirmasi lebih lanjut oleh ahli melalui wawancara dan pengujian,” ungkapnya, Senin (09/12/2024).
Dalam wawancara, Hudaniah juga mengungkapkan bahwa pelaku memiliki riwayat kunjungan ke psikiater sebanyak empat kali atas inisiatif ibunya. Selain itu, pelaku disebut mengalami insomnia yang berkepanjangan.
“Sulit tidur bisa menjadi salah satu pemicu tekanan psikologis, namun perlu ditekankan lagi bahwa tindakan ekstrem seperti pembunuhan tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tapi bisa dipengaruhi oleh bagaimana mereka belajar menghadapi tekanan dari lingkungan sosial terutama dengan keluarga. Pada umumnya, perilaku seperti ini merupakan hasil dari akumulasi berbagai tekanan,” jelasnya.