PWMU.CO – Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Banyuwangi mengadakan pra-Darul Arqam Dasar (DAD) di Universitas Muhammadiyah Jember, Ahad (8/12/2024).
Kegiatan ini berlangsung di Auditorium Universitas Muhammadiyah Jember Kampus 2 yang beralamat di Jalan Diponegoro No 60 Dusun Krajan Genteng Kulon. Dengan mengusung tema Revitalisasi Nilai-nilai Ideologi dengan Terbentuknya Kader Militan dan Berdaya.
Tepat pukul 13.00 Wib acara dimulai. Sebanyak 40 mahasiswa mengikuti kegiatan ini. Menghadirkan 2 orang narasumber, yaitu Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Taufiqur Rohman MPdI dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Genteng, Muhammad Nasir SPd.
Pelaksanaan kegiatan ini dibagi atas dua sesi. Pada sesi pertama, pemaparan materi oleh narasumber. Sedangkan pada sesi yang kedua adalah tanya jawab antara peserta dengan narasumber.
Ada beberapa materi yang diberikan dalam pra DAD ini. Antara lain, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang disampaikan oleh Taufiqur Rohman.
Dalam pemaparan materi al-Islam, Ketua MPID itu menjelaskan pengertian syahadatain.
“Syahadatain ini harus dipahami dan disadari betul, terutama oleh para kader. karena menjadi salah satu faktor utama untuk membentuk kader yang militan,” ujarnya.
Sedangkan pada materi Kemuhammadiyahan, dia menjelaskan siapa sosok KH Ahmad Dahlan dan Gerakan organisasi pembaruan di Indonesia.
Selain itu ada juga materi keorganisasian yang menjelaskan struktur Muhammadiyah dari pusat hingga ranting yang disampaikan oleh Muhammad Nasir.
Kegiatan ini berjalan dengan lancar. Hingga menjelang penutupan pun suasananya tetap semarak. Karena terjadi dialog interaktif antara narasumber dengan para mahasiswa itu.
Beragam pertanyaan terlontar dari para mahasiswa itu. Di antaranya pertanyaan seputar perbedaan pelaksanaan ibadah antara Muhammadiyah dengan organisasi lainnya. Termasuk dalam hal penentuan hari raya dan bacaan shalat yang juga terdapat perbedaan.
Bahkan ada seorang mahasiswi dari Kota Banyuwangi yang menanyakan secara kritis bagaimana pandangan narasumber terkait masalah pelecehan seksual terhadap santriwati yang terjadi di sekitar institusi yang berlabel pesantren.
Narasumber pun menjawab dengan jelas bahwa itu adalah perbuatan buruk, sambil dia mengutip sebuah hadits bahwa nabi itu diutus untuk menyempurnakan akhlak atau perilaku yang baik.
Penulis Ghulam Taufiq Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan