Oleh Moch Muzaki – Ketua PCPM Turi Lamongan
PWMU.CO – Kata Rhoma Irama dalam lagunya bahwa masa muda adalah masa yang berapi-api. Kyai Haji Ahmad Dahlan memandang pemuda sebagai agent of change (agen perubahan) sebagai generasi mempunyai visi dan misi untuk memajukan bangsa. Sedangkan Syekh Muhammad Abduh menyebut pemuda sebagai pemimpin masa depan yang harus membekali diri dengan ilmu, iman, dan akhlak. Sang Proklamator Soekarno pernah berkata, “Beri Aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncang dunia.”
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa peran pemuda sangat sentral dan penting, sehingga perlu untuk pengembangan serta medan berjuang dan berkarya. Bahkan dalam sejarah manusia peristiwa-peristiwa besar, pelopornya kaum pemuda.
Namun yang menjadi permasalahan kini, yaitu ketika kaum muda mulai tergoda oleh nominal karena tuntutan pragmatis ekonomis yang mengharuskan untuk terpenuhi. Maka mencuatlah dalam berorganisasi sebuah dilema jiwa pemuda antara memperjuangan nilai-nilai atau memenuhi tuntutan ekonomi. Terlebih jika sampai menjadikan organisasi hanya sebagai tempat untuk meraih kepentingan pragmatis tersebut.
Karena itu, ada beberapa langkah yang bisa difungsikan agar tidak terjebak pada persoalan tersebut. Yaitu Kesadaran Nilai Ajaran Pemuda Muhammadiyah dan Menata ulang tentang kebutuhan pragmatik.
Pentingnya memahami dan menyadari akan visi dan misi Pemuda Muhammadiyah dapat menjadi paradigma, spirit, sistem kontrol, dan moral dalam berprilaku dan berorganisasi. Hal ini dapat sebagai penyadar dan pengingat saat godaan nominal menghantui para pemuda.
1. Mukkadimah Anggaran Dasar Pemuda Muhammadiyah, bahwa Pemuda Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah merupakan wadah perjuangan yang bertujuan menghimpun, membina dan menggerakkan potensi pemuda Islam demi terwujudnya kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Maka setiap gerak dan langkahnya harus merupakan perwujudan dari ajaran Islam.
Menyadari peran dan fungsi Pemuda Muhammadiyah sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna Amal Usaha Muhammadiyah. Maka pemuda harus mampu menempatkan diri sebagai Gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, khususnya pada kalangan pemuda.
2. Pengantar dari Ketua Umum Dzulfikar Ahmad, yaitu mengusung visi Empat Pilar Pemuda Negarawan. Yaitu pilar Islam Berkemajuan, keilmuan, kewirausahaan sosial, dan pilar politik kebangsaan.
3. Garis-garis besar haluan gerakan, yaitu gerakan Pemuda Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islam. Ciri ini sejalan dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah.
4. Lima Misi Pemuda Muhammadiyah, yaitu: (1) Mewujudkan Pemuda Muhammadiyah yang kreatif dalam berbagai bidang; (2) Mendorong dan memfasilitasi kader Pemuda Muhammadiyah untukmengembangkan potensi diri; (3) Menjadikan Pemuda Muhammadiyah yang mandiri secara ekonomi; (4) Mengasah kepekaan sosial dan sense of crisis kader Pemuda Muhammadiyah; dan (5) Mendorong Pemuda Muhammadiyah untuk terus terlibat dalam peran-peran keummatan dan kebangsaan, termasuk di tingkat global.
5. SPPM, yang cukup jelas bahwa sejak awal Pemuda Muhammadiyah terancang sebgai gerakan sosial keagamaan dan kepemudaan yang berorientasi pada partisipasi perwujudan cita-cita bangsa. Sekaligus pula sebagai wadah untuk menyiapkan kader Persyarikatan, umat, dan bangsa. Pemuda Muhammadiyah diharapkan menjadi generasi penerus dan bibit-bibit perjuangan agama yang senantiasa ber-tafaqquh fiddin dan rasihun fil ilmiy.
Lima nilai ajaran di atas kami rasa cukup untuk menjadi paradigma dan kesadaran bagi kader pemuda Muhammadiyah, menjadi sistem kontrol dalam menjalankan roda organisasi, serta menjadikannya spirit gerakan dalam berpemuda Muhammadiyah. Nilai-nilai tersebut harus menjadi dasar gerakan dalam melangkah dan mengambil keputusan. Agarn nilai agung tersebut tidak hanya teks formalitas semata, namun menjadikan kontekstual gerakan dan mewujud menjadi implementasi karya nyata.
Saat nilai-nilai itu menjadi dasar dan kepentingan utama, maka kepentingan individual semata akan terkikis. Karena hal itu berpotensi merusak jalannya roda organisasi dan nir-loyalitas dalam menjaga amanah. Kemunduran organisasi diawali oleh runtuhnya paradigma nilai yang dibangun organisasi, karena gerakannya tidak didasarkan oleh ilmu dan nilai. Bahkan akan ada akibat fatal yang ditimbulkan, baik organisasi maupun individu. Mengutip perkataan ketua PWPM JATIM, Mas Zaki bahwa ada yang namanya “kuwalat” ketika kita tidak serius dan amanah dalam menjalankan organisasi. Terdapat balasan apa yang telah kita perbuat saat kita memberikan amanah dan Beliau juga meyakini akan ada keberkahan dan hadiah dari Allah saat kita serius dan totalitas menghidupi organisasi.
Terkait kepentingan pragmatis, kami memiliki prinsip “memperjuangkan nilai, nominal mengikuti”. Namun sebaliknya “saat mempentingan nominal, nilai menjauhi”. Artinya, ketika nilai yang menjadi pondasi dan niat sedari awal dalam gerakannya, maka nominal adalah hadiah dari apa yang kita perjuangkan, sedangkan jika niat sedari awal adalah hanya mengejar kepentingan nominal semata maka nilai ajaran akan terpupus dan akan menggerogoti secara perlahan budaya nilai suci yang telah diajarkan oleh gerakan pemuda Muhammadiyah.
Akhir kata, mengutip lirik mars Pemuda Muhammadiyah. “KITA PEMUDA MUHAMMADIYAH, ALQURAN & SUNNAH DASAR HIDUP KITA. MEMBANGUN DENGAN ILMU & AKHLAK DALAM JIHAD FISABILILLAH. TEGUHKAN SIKAP HIDUP KITA, AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR.” Semoga para pejuang Pemuda Muhammadiyah selalu mendapatkan keberkahan, ketabahan, dan kekuatan dalam menjalankan bahtera kehidupan organisasi ini. Aamiin.
Editor Notonegoro