Oleh : Moh. Helman Sueb (Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat Lamongan)
PWMU.CO – Berbuat sombong, dalam kehidupan sifat ini terus ada sejak dulu sampai sekarang.
Fir’aun manusia yang memiliki kuasa, tak segan berbuat semena-mena terhadap rakyatnya, bahkan dirinya mengaku Tuhan yang berkuasa.
Kesombongan Fir’aun ditentang Musa As. akhirnya dia tenggelam di laut bersama pengikutnya yang setia. Pada masa yang sama Qorun yang terkenal pamer harta dan membanggakannya tanpa mau bersyukur pada Tuhan, akhirnya terkubur di bumi bersama hartanya.
Dalam penggalan suatu hadits Nabi Muhammad SaW. Bersabda ” …Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”
HR. Abu Dawud
Ketika seseorang mendengar kebaikan dengan telinganya dan dia tidak melakukan kebenaran yang didengarrnya padahal mampu melaksanakannya, maka pantas menyandang orang yang sombong.
Sama halnya dengan orang yang melihat kebenaran, namun tidak melaksanakannya, layak juga disebut orang sombong.
Larangan bersikap sombong terdapat al-Quran surat Luqman (31:18):
“وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ”
“Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Dalam surat yang lain , Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا
” Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”
Dengan kedua keterangan di atas, menunjukkan betapa kira harus menjauhi atau stiril dari sifat sombong.
Ada beberapa sebab kesombongan. Pertama kurangnya kepatuhan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, sehingga timbul rasa tidak mensyukuri nikmat yang diterima dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Di samping itu, hatinya tidak tertarik melakukan perbaikan ibadah sebagai bukti kepatuhan.
Kedua, memiliki kelebihan dan menafikan dan tidak menghargai orang lain. Orang yang sombong dalam hatinya ada perasaan lebih unggul darinya, padahal sekali orang yang memiliki kelebihan yang berbeda tetapi tidak tampak.
Orangyang sombong sangat mudah terkena penyakit su’udzan atau berprasangka buruk.
Ketiga, tidak mengakui keberadaan orang lain, karena merasa lebih tinggi dan terhormat.
Orang yang sombong dengan tidak terasa ada perasaan lebih tinggi dari orang lain, biasanya dia terbiasa menghina, berlaku semena-mena terhadap orang yang berada di bawahnya. Kalau dia beragama, maka dia tidak mengamalkan ajaran agama dengan benar.
Keempat, apa yang ditampilkannya baik sikap ucapan, maupun semata-mata ingin mendapat perhatian orang lain. Semua aktivitas maupun ibadah yang dilakukan karena ingin mendapat pujian manusia, maka aktiviitas maupun ibadah yang dilakukan otomatis rusak dan tidak diterima Allah Subhaanahu w Ta’ala.
Ada beberapa akibat orang yang sombong,
Pertama: “Tidak akan masuk surga seorang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi sifat sombong…” HR. Muslim.
Kedua: akan dibenci Allah Subhaanahu wa Ta’ala, orang lainpu sangat benci pada karena sifat sombongnya dengan menghina sesama.
Ketiga: orang yang sombong menjadi manusia yang durhaka, karena menolak kebenaran .
Keempat: hidupnya resah, karena tidak ada yang suka pada sifat sombongnya. Keresahanpun menghampirinya, karena dia lupa dengan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.
Sifat sombong masih dapat diobati selama orang memiliki sifat sombong melakukan hal-hal sebagaimana berikut:
- Mensyukuri nikmat atas kelebihan yang diberikan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
- Mengingat firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala, bahwa berlaku sambong itu dilarang.
- Mengingat bahwa kelebihan yang dimiliki itu tidak kekal, suatu saat akan diambil Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
- Orang yang sombong sadar, bahwa ada orang lain yang tinggi ilmunya, lebih banyak hartanya, serta lebih tinggi pangkatnya.
- Orang yang sombong hendaklah sadar bahwa perbuatannya belum tentu menghasilkan perilaku yang utama.
Alhasil, kesombongan merupakan perilaku tercela yang tidak boleh dimiliki oleh orang yang beriman. Karena kesombongan akan mendatangkan murka Allah Subhaanahu wa Ta’ala, serta derita di dunia sampai di akhirat. Waallahu a’lam bishawab.
Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun