Penulis Silviyana Annggraeni (Pegiat Literasi)
PWMU.CO – Isra dan Mikraj adalah dua peristiwa yang dialami oleh Rasulullah Muhammad Ssw dengan tempo hanya satu malam. Didampingi malaikan Jibril dengan mengendarai buroq peristiwa terjadi pada malam 27 rajab, tepatnya di tahun ke-12 kenabian Rasulullah SAW.
Disebut dua peristiwa karena memang saat itu Rasulullah melakukan dua perjalanan penting. Yakni Isra, perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram di Mekkah menuju ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Dan Mikraj, perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha atau langit ketujuh yang kita percaya disanalah Arsyi, tempat Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersemayam.
Peristiwa Isra Mi’raj pun banyak diabadikan dalam al Quran salah satunya terdapat dalam Quran Surah Al-Isra ayat pertama yang artinya;
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dengan adanya peristiwa Isra Miraj, seolah Allah Swt ingin memperlihatkan kepada manusia baik yang mukmin maupun yang fasik bahwa kebesaran Allah Swt. Bahwa kenabian Rasulullah Muhammad Saw, bahwa adanya surga dan neraka, dan bahwa kebenaran Islam itu sendiri adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri dan tidak perlu diperdebatkan lagi.
Bagi umat muslim peristiwa Isra Mi’raj merupakan peristiwa penting. Di mana diakhir perjalanan tersebut Rasulullah Muhammad mendapat perintah langsung dari Allah, agar setiap muslim menunaikan ibadah sholat 50 waktu dalam sehari semalam. Dengan segala kepatuhan seorang Rasulullah Muhammad pada Robbinya, perintah itu pun di terima tanpa penolakan apalagi bantahan.
Tetapi kita sebagai umat muslim yang berkewajiban menunaikan perintah sholat itu patut bersyukur akan adanya seorang Nabi Musa AS yang menyarankan Rasulullah untuk kembali menghada Allah dan meminta keringanan. Hingga kini kita hanya wajibkan menunaikan sholat 5 waktu sehari semalam.
Berbeda dengan Rasulullah Muhammad, dalam ilmu tasawuf Nabi Musa memang dikenal sebagai Nabi dengan karakter Asertif, tidak segan berdialog dan bertanya atas perintah Allah. Namun demikian Nabi Musa tetaplah Nabi yang dimuliakan Allah Swt dengan gelar Ulul Azmi.