PWMU.CO – Sekretaris Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Ir H Tamhid Masyudi, mengatakan Indonesia sekarang ini berada dalam kondisi darurat narkoba.
Ini disampaikan Tamhid di hadapan puluhan kader muda umat beragama yang tergabung dalam Forum Komunikasi Generasi Muda Umat Beragama (FORKUGAMA), di Hotel Utama Juanda, Sidoarjo, Sabtu (4/11/2017).
Pernyataan ini mengutip apa yang pernah disampaikan langsung oleh Presiden RI, Ir Joko Widodo pada tahun 2015. Pernyataan yang bermakna sangat dalam. Menggambarkan keseriusan permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia.
Makna darurat bisa diartikan harus segera ditangani, dan akan mengakibatkan masalah yang serius apabila tidak segera diatasi.
“Jika kita melihat di rumah sakit, maka ruang gawat darurat pastilah berada di bagian paling depan dan paling mudah diakses oleh pasien. Penanganan di ruangan gawat darurat juga dilakukan dengan sangat cermat dan cepat karena menyangkut keselamatan nyawa pasien,” ujarnya.
Maka, ujarnya, saat Presiden menyampaikan bahwa Indonesia dalam keadaan darurat narkoba, tentu bukan sekedar pernyataan biasa, melainkan berdasar pada data yang ada. “Sebanyak 50 orang meninggal perhari akibat penyalahgunaan narkoba. Jika dikalkulasi ada 18.000 jiwa yang meninggal tiap tahunnya. Belum termasuk 4,2 juta orang yang sedang direhabilitasi dan 1,2 juta yang tidak dapat direhabilitasi,” ungkap Tamhid.
Bagaimana masyarakat menyikapi hal ini? Menurut Tamhid, ada beberapa sikap yang mungkin diambil. Pertama, proaktif dan responsif, dengan langsung mengambil peran aktif dalam upaya penyelesaian masalah.
“Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam satu tahun uang yang beredar untuk narkoba mencapai Rp 120 triliun. Ini sudah sangat membahayakan, apalagi bila generasi mudanya terlibat. Maka bisa hancur negara ini,” terang Tamhid Masyudi.
Karena itulah, generasi muda terutama yang tergabung di FORKUGAMA harus berperan aktif dalam memerangi narkoba dan berperan aktif dalam program STOP NARKOBA yang digagas BNN.
Masalah pokok narkoba di Indonesia adalah produksi gelap yang semakin banyak dan luas, penyebarannya yang semakin merajarela tidak hanya orang dewasa tapi sudah menyasar anak-anak.
Pada sesi tanya jawab, Syahrul Ramadhan dari Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur mengusulkan agar ke depan warung kopi juga di edukasi menjadi media sosialiasi STOP NARKOBA. “Kenapa karena di luar negeri cafe dan warung kopi digunakan untuk mengali ide, potensi, dan meningkatkan prestasi,” ujarnya.
Jadi. tambahnya, ke depan BNN ketika sosialisasi tidak hanya menyentuh lembaga-lembaga formal, tapi langsung ke masyarakat umum.
Pada kesempatan itu M. Syafi’i dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupatan Pasuruan juga berbagi pengalaman bahwa di Pasuruan narkoba seperti makan kacang, pertama coba-coba, terus jadi pengguna dan kemudian pengedar, hal ini semakin kronis karena sudah menjangkau anak anak di tingkat sekolah dasar.
Berkaca dari apa yang sudah terjadi di masyarakat ini, Tamhid Masyudi mengajak agar FORKUGAMA berada di garis terdepan untuk mendukung gerakan STOP NARKOBA yang sudah menjadi program nasional.(ferry/mat)