
PWMU.CO – Akun media sosial, utamanya Instagram, ramai mengunggah daftar organisasi keagamaan terkaya di dunia. Salah satunya akun Instagram @seasia.stats yang posting pada 16 Maret 2025 lalu.
Menariknya, Muhammadiyah menjadi satu-satunya organisasi keagamaan (Islam) yang masuk peringkat 10 besar, dan menempati urutan ke-4. Konon, kekayaan Muhammadiyah sekitar Rp 460 trilyun, satu tingkat di bawah Tirumala Tirupati (Hindu) asal India dengan kekayaan Rp 512 trilyun.
Posisi kedua milik Catholic Chruch in Germany (Katolik) dari Jerman dengan kekayaan mencapai Rp 778 trilyun. Sedang peringkat teratas oleh The Chruch of Jesus Christ of Latter-Day Saints (Kristen) dari Amerika Serikat dengan kekayaan mencapai Rp 4.364 trilyun.
Pencapaian pada ranking ke-4 menjadi hal yang membanggakan bagi umat Islam pada umumnya, dan warga Muhammadiyah khususnya. Sudah lazim ketahui publik, Muhammadiyah memang secara nyata memiliki banyak aset dan juga peran yang sangat berpengaruh di Indonesia maupun dunia.
Saat ini, Muhammadiyah memiliki sekitar 5.345 sekolah/madrasah, 172 kampus, 440 pesantren, 1.012 panti asuhan, 122 rumah sakit, 231 klinik, 20.645 aset wakaf, dan 214 juta meter persegi tanah. Selain itu, juga ada 26 bank pembiayaan rakyat syariah, 275 Baitul Maal wat Tamwil, 81 koperasi syariah, 22 minimarket, dan 5 kedai pesisir.
Sedang aset berupa tempat ibadah (masjid), Muhammadiyah memiliki sekitar 12 ribu. Dalam pandangan saya, tampaknya kekayaan Muhammadiyah ini bisa mencapai lebih dari Rp 460 trilyun. Namun, sesungguhnya besaran kekayaan tersebut ‘hanyalah soal angka’. Lebih dari itu, sesungguhnya peran Muhammadiyah bagi bangsa dan dunia jauh lebih besar. Utamanya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan misi kemanusiaan.
Modal dasar Muhammadiyah
Seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang ada, tak semata-mata berbentuk material saja. Hal yang lebih mendominasi kekuatan kekayaan Muhammadiyah hingga saat ini adalah sifat keikhlasan. Sifat ikhlas merupakan modal utama warga Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga kini. Lahirnya perkumpulan (Persyarikatan) Muhammadiyah melalui Kiai Haji Ahmad Dahlan tidak lepas dari telada ikhlas beliau.
Mulai dari Beliau memberi makan anak yatim dan orang miskin, membangun madrasah, hingga melelang harta pribadinya untuk kepentingan perjuangan Muhammadiyah. Semua Kiai Dahlan lakukan dengan rasa penuh keikhlasan, demi menegakan ajaran Islam dan membangun peradaban melalui pendidikan pada masa itu.
Dari situlah ideologi Muhammadiyah yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah lahir dengan bermodal sifat keikhlasan. Muhammadiyah pun tumbuh besar dan berkembang pesat, diterima masyarakat luas di Indonesia bahkan dunia. Modal tersebut kini masih ‘mendarah daging’ dalam tubuh Persyarikatan.
Kekayaan Muhammadiyah era kekinian
Kini, Muhammadiyah telah memiliki marketplace bernama “Jagalaba”, dan layanan ojek online Zendo yang pengelolanya Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU). Bahkan kini merancang bangunan bisnis ritel berskala besar bernama Mentari Mart, memiliki air conditioner (AC) bermerk ACMU. Kabarnya lagi, Muhammadiyah akan mendirikan bank bernama Bank Syariah Muhammadiyah.
Bukan hanya soal aset yang melimpah melalui bangunan AUM yang menjamur, namun kekayaan yang sejati sesungguhnya adalah amaliyah nyata Muhammadiyah. Saat masyarakat membutuhkan, Muhammadiyah ada dan hadir. Saat terjadi bencana alam, Muhammadiyah hadir melalui MDMC (Muhammadiyah Disaster Managemen Center). Misi kemanusiaannya tidak hanya dalam skala Indonesia, tetapi internasional. Misalnya di Palestina, Filipina, Myanmar, Pakistan, Bangladesh, Maroko, Turki, Nepal, Sudan, Libya, Yordania, dan Lebanon.
Peran serta Muhammadiyah telah mendapat pengakuan dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), utamanya dalam bidang pendidikan. Dari Sabang sampai Merauke, dari Mesir hingga Australia AUM dalam bidang pendidikan hadir. Pada beberapa negara bahkan telah berdiri Pimpinan Muhammadiyah maupun organisasi otonomnya. Tentu saja hal ini bukan hanya berdiri tapi juga berperan aktif pada masing-masing wilayah negara itu.
Itulah kekayaan sesungguhnya yang dimiliki Muhammadiyah, yakni kehadirannya yang berdampak dan memberi manfaat bagi sekitarnya. Semuanya berlandaskan keikhlasan. Ikhlas ini konteksnya tidak hanya dalam hal tenaga, tetapi bahkan ikhlas dalam mengeluarkan sebagian harta benda untuk kemaslahatan dan kebermanfaatan umat dan masyarakat.
Maka sesungguhnya kekayaan Muhammadiyah bukan hanya soal kekayaan aset triliyunan. Bahkan sepertinya Muhammadiyah sendiri pun tidak pernah merilis jumlah kekayaannya itu. Namun kehadiran dan keterlibatannya dalam berbagai peran yang membuatnya Muhammadiyah semakin kaya. Karena kekayaannya secara nyata membawa kebermanfaatan. Seluruh amal usaha dan aset yang di miliki semuanya atas nama Persyarikatan, tak ada satupun milik perseorangan atau bahkan milik salah satu pimpinan.
***
Muhammadiyah yang menempati posisi ke-4 sebagai organisasi keagamaan terkaya di dunia, dan satu-satunya organisasi Islam terkaya mungkin menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita. Namun, ada hal yang lebih penting lagi dari itu semua, yakni tugas kita dalam menjaga seluruh amal usaha yang ada. Serta mampu memberikan peran bagi masyarakat, sebagai wujud dari rahmatan lil ‘alamin.
Selain itu, prestasi ini harus menjadi motivasi bagi seluruh warga Persyarikatan, untuk terus memberikan peran positif, mulai dari hal yang kecil dengan penuh keikhlasan. Ikhlas dalam memberi, ikhlas dalam berbagi, itu semua merupakan salah satu dari ciri khas Muhammadiyah. Hanya bagi mereka yang ikhlas dan berani, Muhammadiyah jadi tempat berbakti, dan penghambaan pada Ilahi Robbi. (*)
Editor Notonegoro