PWMU.CO – Imam shalat shubuh Masjid Nabawi baru saja mengucapkan salam, tapi sejumlah jamaah langsung berhamburan mencari posisi selfie untuk diposting di media sosial (medsos) dengan angel beragam.
Pemandangan seperti itu juga terjadi usai shalat lainnya, termasuk ketika berada di tempat-tempat sakral seperti di makam.
Era medsos memang mendorong semua orang untuk memfoto dan memosting apa saja yang sekiranya bakal mengundang komentar orang, tak terkecuali ketika beribadah umrah.
Mungkin tujuan awalnya sekadar mengabarkan kepada publik mengenai aktivitasnya, namun hal itu potensial mengarah pada riya’ (ingin dipuji orang) dan ‘ujub (berbangga diri).
Padahal dua perilaku tersebut sangat dilarang dalam Islam, karena bisa membawa pada kesombongan (kibr).
Untuk itulah, Prof Yunahar Ilyas dalam ceramah pembinaan jamaah umrah PT Relasi Laksana Wisata (17/11), mewanti-wanti agar selama umrah ini tidak berlebihan dalam bermedsos, karena bisa mengganggu keikhlasan ibadah.
Ketua PP Muhammadiyah itu menegaskan, salah satu syarat diterimanya amal ibadah adalah ikhlasun niat (niat ikhlas karena Allah). “Nah, lawan dari ikhlas itu riya’, yaitu ingin dipuji orang,” tandasnya.
Sementara riya’, diibaratkan oleh Nabi seperti semut hitam, di atas batu hitam di malam gelap gulita. Sebuah gambaran betapa halusnya cara syetan dalam merusak amal ibadah kita.
Misalnya, ketika kita bisa mencium hajar aswad, lalu diposting di medsos, akan banyak yang komen berupa pujian, lantas kita senang, dan berbangga diri (ujub). Kalau sudah seperti itu biasanya berlanjut pada kesombongan.
“Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. Jangan sampai ibadah kita sia-sia, lantaran riya’ gara-gara terlalu banyak memosting di medsos,” pesannya.
Menurut dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu, Medsos menjadi ujian keikhlasan amal. Syarat lain diterimanya ibadah adalah itqanul a’mal. Yakni, ibadahnya dijalani dengan sebaik-baiknya sesuai sunnah atau muwafaqatus sunnah. “Karena dalam ibadah mahdhah, tidak boleh ngarang-ngarang,” tegasnya.
Demikian pentingnya ikhlasun niat dan itqanul a’mal dalam berumrah di era medsos ini, sehingga Prof Yunahar perlu mengulang-ulang hal tersebut di hadapan jamaah. Apalagi tidak semua jamaah pengetahuan agamanya sama. (Nadjib Hamid)