PWMU.CO – Kebudayaan pulau Bawean tak pernah habis untuk dieksplorasi. Seperti yang saya alami saat bersama tim Dai Dokter Muda Muhammadiyah Mengabdi (D2M3) mengunjungi daerah yang populer dengan sebutan Pulau Putri ini. Banyak keunikan yang saya temui.
Ketika berjalan di Pasar Daun, sepanjang jalan—dari daerah Daun ke Sangkapura—hampir semua sepeda motor tidak pakai spion. Salah seorang warga Desa Daun Muslimun mengatakan, sejak dulu sepeda motor di Pulau Bawean memang tidak ada yang memakai spion.
“Sejak saya lahir, di sini ya begitu. Sepeda motor tidak pakai spion,” tuturnya. Selain itu, kontak sepeda motor hampir selalu ditinggal melekat di tempatnya.
Keunikan lainnya adalah bensin “Bimoli”. Setelah shalat subuh, saya mengendarai motor menyusuri jalan menuju Sangkapura. Di sepanjang jalan, mata tertuju pada penampakan kemasan minyak yang di jejer rapi. Saya mengira, itu jualan minyak goreng. Ternyata bensin.
Menurut salah seorang warga Sangkapura Marliya, dirinya menggunakan bekas botol Bimoli untuk jualan bensin, karena isinya lebih banyak. “Isi botol Bimoli bisa sampai 2 liter. Jadi bisa dijual laku Rp 18.000. Ini lebih menguntungkan dari pada botol biasa yang hanya muat 1 liter,” ujarnya. (Ferry/Ilmi)
PWMU.CO – Kebudayaan pulau Bawean tak pernah habis untuk dieksplorasi. Seperti yang saya alami saat bersama tim Dai Dokter Muda Muhammadiyah Mengabdi (D2M3) mengunjungi daerah yang populer dengan sebutan Pulau Putri ini. Banyak keunikan yang saya temui.
Ketika berjalan di Pasar Daun, sepanjang jalan—dari daerah Daun ke Sangkapura—hampir semua sepeda motor tidak pakai spion. Salah seorang warga Desa Daun Muslimun mengatakan, sejak dulu sepeda motor di Pulau Bawean memang tidak ada yang memakai spion.
“Sejak saya lahir, di sini ya begitu. Sepeda motor tidak pakai spion,” tuturnya. Selain itu, kontak sepeda motor hampir selalu ditinggal melekat di tempatnya.
Keunikan lainnya adalah bensin “Bimoli”. Setelah shalat subuh, saya mengendarai motor menyusuri jalan menuju Sangkapura. Di sepanjang jalan, mata tertuju pada penampakan kemasan minyak yang di jejer rapi. Saya mengira, itu jualan minyak goreng. Ternyata bensin.
Menurut salah seorang warga Sangkapura Marliya, dirinya menggunakan bekas botol Bimoli untuk jualan bensin, karena isinya lebih banyak. “Isi botol Bimoli bisa sampai 2 liter. Jadi bisa dijual laku Rp 18.000. Ini lebih menguntungkan dari pada botol biasa yang hanya muat 1 liter,” ujarnya. (Ferry/Ilmi)