PWMU.CO – Mendidik anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas tidaklah mudah. Butuh kesabaran ekstra dan model pembelajaran khusus.
Seperti yang kini ditekuni oleh Normalia SPsi MPdi bersama guru pendamping khusus program Sekolah Peduli Anak Hebat (SPAH) SMA Muhammadiyah 10 Surabaya (SMAM-X).
Norma—sapaan akrabnya—mengaku
tertantang bisa mengembangkan potensi anak penyandang disabilitas yang kini diasuhnya di kelas SPAH SMAM-X.
“Saya merasa terpanggil untuk bisa mengembangkan potensi siswa dengan variasi tunagrahita, slow learner, autism dan cerebral palcy ini,” ujarnya saat ditemui di SMAM-X, Rabu (6/12/2017).
Apalagi, sambung dia, bisa melihat anak penyandang disabilitas ini berprestasi sesuai dengan bakat dan minatnya adalah kesempatan yang luar biasa.
“Tak sedikit dari siswa penyandang disabilitas kami yang berprestasi. Kami terus memotivasi mereka agar mengembangkan minat dan bakatnya serta bisa bersosialisasi dan diterima lingkungannya,” ungkapnya.
Ditemui di ruangannya, Kepala SMAM-X Ir Sudarusman mengungkapkan biasanya anak penyandang disabilitas ditaruh dalam sekolah insklusi yang khusus dan terpisah.
“Kondisi ini menyebabkan mereka cenderung terisolasi dari keluarga, teman, komunitas dan lingkungan sekitarnya,” tuturnya.
Padahal penyandang disabilitas juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mendapat kesuksesan yang sama di masa depan.
Menyadari hal itu, SMAM-X menggagas sekolah ramah anak difabel melalui SPAH. Tujuannya untuk memberi kesempatan anak penyandang disabilitas bisa mencapai kemampuan akademik khusus. Selain itu juga memberi kemampuan sosialisasi, pengembangan bakat dan minat serta pendampingan karier berkelanjutan.
Kepada PWMU.CO, Sudarusman menyampaikan pihaknya telah memberikan pendampingan terutama bagi anak penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan kuliah atau terjun di dunia kerja.
“SPAH ini merupakan satu di antara program unggulan SMAM-X yang mulai diaktifkan pada tahun ajaran 2017/2018 ini,” tuturnya.
Semangat berkarya dalam keterbatasan! (Aan/TS)