PWMU.CO – Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Prof Din Syamsuddin berpesan agar harmoni antarumat beragama di Pulau Dewata Bali tetap terpelihara.
Karena, setitik noda konflik di Bali akan mudah tersebar luas ke sentero Indonesia bahkan dunia.
Demikian dikatakan Din Syamsuddin dalam dialog bersama 150-an tokoh lintas agama se-Bali di Puri Den Bencingah, Klungkung, Bali, Jumat (22/12/17).
Hadir pada kesempatan itu tuan rumah, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali sekaligus Ketua Umum Asosiasi FKUB se-Indonesia, Ketua Umum Parisade Hindu Dharma Indonesia Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, para pimpiman majelis-majelis agama (MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan MATAKIN), wakil PWNU, PW Muhammadiyah, serta para aktivis perempuan dan pemuda lintas agama Bali.
Sebagai UKP-DKAAP, Din Syamsuddin yang aktif bekeliling bersilaturahmi ke simpul-simpul kerukunan di berbagai daerah memandang penting ke Bali, karena di pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini terdapat komunitas agama-agama lain yang cukup signifikan dan telah hidup berdampingan secara damai sejak lama.
Sebagai tujuan wisata utama dunia, Bali selama ini dikenal di dunia dengan derajat kerukunan yang cukup tinggi.
Din Syamsuddin dalam pengantarnya memberi apresiasi terhadap tingginya rasa saling pengertian antara umat Hindu dan umat agama-agama lain di Bali, yang bahkan terjadi pada tingkat desa di beberapa tempat di Bali. Hal ini, menurut Din, adalah modal dasar penting yang harus dipelihara dengan baik terutama terhada upaya segelintir orang yang berwawasan sempit dan eksklusif yang cenderung memecah-belah masyarakat.
Maka, menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 2005-2015 ini, dialog adalah jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah yang ada.
“Kita semua harus meyakini dan menerapkan jalan dialog. Namun dialog itu harus bersifat dialogis, yakni berlangsung atas asas ketulusan, keterbukaan, keterusterangan, untuk penyelesaian masalah,” kata Din.
Menurutnya, antara agama-agama jelas ada perbedaan. “Tapi juga banyak persamaan. Dialog antaragama tidak bertujuan untuk menyamakan perbedaan-perbedaan itu, tapi juga tidak untuk membedakan persamaan-persamaan yang ada. Yang penting, walau kita berbeda agama namun kita bersaudara, baik sebagai anak bangsa maupun sebagai anak manusia ciptaan Tuhan,” tegas Din Syamsuddin yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat.
Untuk itu, menurut pendiri Inter Religious Council/IRC Indonesia itu, bangsa Indonesia perlu terus menerus mengacu kepada Pancasila yang merupakan kesepakatan para pendiri bangsa dari berbagai golongan dan agama.
“Umat beragama tidak perlu ragu-ragu terhadap Pancasila, karena nilai-nilai dalam Pancasila bersesuaian dengan agama. Karenanya, Pancasila adalah titik temu pandangan umat berbagai agama,” ujarnya.
Berbicara sebelumnya, Tuan Rumah Ida Penglengsir Agung Putra Sukahet menyambut baik kedatangan Utusan Khusus Presiden Din Syamsuddin ke Puri Den Bencingah di Klungkung–satu jam dari perjalanan dari Denpasar. Dia menjelaskan bahwa kerukunan adalah keharusan dalam kehidupan bangsa, dan musyawarah adalah keharusan untuk kerukunan.
Dialog Din Syamsuddin bersama para tokoh lintas agama dan adat berlangsung akrab dan terbuka. Sejumlah wakil dari agama-agama secara bergantian memberi tanggapan positif dan menyambut baik ajakan untuk meningkatkan kerukunan dan dialog dalam menyelesaikan masalah
Ikut memberi sambutan penutup Ketua Umum PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, yang juga Sekretaris Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). Dia menegaskan bahwa Pancasila adalah falsafah bangsa yang harus dihayati dan diamalkan. Acara yang berlangsung sejak pukul 17.00 berakhir 21.00 WITA.
Acara dimeriahkan juga dengan penampilan tari-tari Bali dan diakhiri dengan makan malam bersama. (MN)