PWMU.CO – Tujuh belas mahasiswa dan tiga dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Rabu (20/12/17) tiba di Pacitan, tepatnya di Kecamatan Tegalombo. Mereka adalah tim relawan psikososial untuk korban bencana.
Dekan Fakultas Psikologi Umsida Eko Hardiansyah M Psi Psikolog yang juga ikut mendampingi menyampaikan tim ini terjun ke rumah-rumah penduduk yang mengalami gangguan stres pascatrauma bencana untuk melakukan trauma healing.
“Memberikan trauma healing bagi korban merupakan kebutuhan penting, selain menyelesaikan masalah logistik. Stres pascatrauma sebenarnya adalah hal wajar sebagai tension release atas kehilangan besar secara mendadak. Namun menjadi gangguan jika stres masih ada pada diri warga hingga dua pekan pascabencana,” tuturnya.
Eko, panggilan akrabnya, memaparkan gejala yang terjadi mulai dari permasalahan fisik. Misalnya sakit kepala, gangguan pencernaan, darah tinggi serta susah tidur.
Muncul juga permasalahan emosional seperti kesedihan yang berlarut-larut dan rasa mudah marah. Di samping itu ada permasalahan sosial yang membuat seseorang menjadi tidak mau bersosialisasi, suka mengurung diri, atau menjadi trouble maker.
“Namun yang lebih parah adalah masalah religius. Orang dengan gangguan stres pascatrauma mulai ada menyalahkan Tuhan karena bencana yang terjadi. Hal inilah yang akan menjadi target trauma healing oleh tim relawan ini yang akan dilakukan hingga satu pekan ke depan,” terangnya. (Ilmi)
PWMU.CO – Tujuh belas mahasiswa dan tiga dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Rabu (20/12/17) tiba di Pacitan, tepatnya di Kecamatan Tegalombo. Mereka adalah tim relawan psikososial untuk korban bencana.
Dekan Fakultas Psikologi Umsida Eko Hardiansyah M Psi Psikolog yang juga ikut mendampingi menyampaikan tim ini terjun ke rumah-rumah penduduk yang mengalami gangguan stres pascatrauma bencana untuk melakukan trauma healing.
“Memberikan trauma healing bagi korban merupakan kebutuhan penting, selain menyelesaikan masalah logistik. Stres pascatrauma sebenarnya adalah hal wajar sebagai tension release atas kehilangan besar secara mendadak. Namun menjadi gangguan jika stres masih ada pada diri warga hingga dua pekan pascabencana,” tuturnya.
Eko, panggilan akrabnya, memaparkan gejala yang terjadi mulai dari permasalahan fisik. Misalnya sakit kepala, gangguan pencernaan, darah tinggi serta susah tidur.
Muncul juga permasalahan emosional seperti kesedihan yang berlarut-larut dan rasa mudah marah. Di samping itu ada permasalahan sosial yang membuat seseorang menjadi tidak mau bersosialisasi, suka mengurung diri, atau menjadi trouble maker.
“Namun yang lebih parah adalah masalah religius. Orang dengan gangguan stres pascatrauma mulai ada menyalahkan Tuhan karena bencana yang terjadi. Hal inilah yang akan menjadi target trauma healing oleh tim relawan ini yang akan dilakukan hingga satu pekan ke depan,” terangnya. (Ilmi)