PWMU.CO-Berkunjung ke daerah terpencil bertemu dengan orang-orang hebat yang mengabdikan hidupnya memberikan pencerahan ke masyarakat setempat. Bergelut dengan tantangan dakwah dan kesulitan hidup yang harus di atasi.
Itulah pengalaman tim Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah yang mengadakan Rihlah Dakwah ke Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara. Berikut laporan kontributor Faozan Amar saat berada di Kalimantan.
Ketut Iqbal Rizal. Dari namanya kita tahu dia berasal dari Bali namun seorang muslim. Selama 10 tahun, sejak SMP sampai selesai kuliah di Universitas Muhammadiyah Solo, ia habiskan waktunya belajar agama di pesantren.
Selesai belajar di pesantren, ia dedikasikan hidupnya dengan berdakwah di daerah terpencil Kalimantan Tengah.
Berita terkait: Suka Cita Umat Islam Daerah Terpencil Dikunjungi Tim Rihlah Dakwah
“Saya sudah hampir setahun berdakwah di daerah Katingan Hulu. Alhamdulillah sekarang respon masyarakat sudah baik. Walaupun awalnya ada penolakan,” ujar Ketut Iqbal memulai cerita.
Dia menjelaskan, datang di Masjid Muhammadiyah Katingan Hulu tapi amalan ibadahnya berbeda dengan yang dia pahami.
“Ketika saya menjadi imam shalat Maghrib, basmalah saya baca sir (tidak berbunyi), tapi saya dianggap sebagai nabi karena dianggap menyampaikan ajaran baru,” tuturnya.
Perbedaan pendapat itu membuatnya syok. Karena terus memikirkan membuatnya jatuh sakit. Dalam kondisi itu Ketut merasa tidak kerasan dan ingin cepat-cepat pulang.
Namun saat mendatangi majelis taklim ibu-ibu, jamaahnya sangat antusias. “Mereka memanggil saya nak. Ibu-ibu itu menganggap saya seperti anaknya sendiri. Ini membuat semangat dakwah saya bangkit kembali,” kata Ketut dengan wajah berseri-seri.
“Masyarakat maunya pendekatan kekeluargaan, bukan formal, itulah salah satu kunci diterimanya saya berdakwah,” ujar Ketut menjelaskan.
Ia bertugas di Kecamatan Katingan Hulu. Untuk menjangkau daerah ini harus dengan perjalanan darat selama 10 jam. Pilihan lain melalui sungai dengan medan seperti arung jeram dari ibukota Katingan. Sinyal handphone juga sulit sehingga komunikasi dengan dunia luar juga jarang terjadi.
Seiring berjalannya waktu, Ketut sedikit demi sedikit akhirnya bisa diterima masyarakat. Menyesuaikan dengan pemahaman warga setempat. Ilmu agama yang dimiliki akhirnya dapat diterima sehingga masyarakat mendapat pemahaman lain tentang Islam. Bukan hanya satu mazhab saja yang dianggap paling benar. (#)