PWMU.CO – Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Warga Muhammadiyah, khususnya yang berada di Gresik Jatim berduka.
Hj Asnah binti Uman, Ibunda Ir Moh. Nadjikh, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, wafat pada usia 76 tahun, Kamis (4/1/18) pukul 21.15 WIB, di Desa Karangrejo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Kepergian almarhumah meninggalkan duka yang mendalam, tidak hanya bagi delapan anak-anaknya (Ir Moh. Nadjikh, Robichah, Ir Zainul Wasik, Ir Abdullah Farid, Nur Aida SE, Maslahatul Laili ST, Muchlisul Fuad SS, dan Mursyid Muttaqin ST).
Namun juga bagi keluarga besar Muhammadiyah dan PT. Kelola Mina Laut (PT KML)—di mana putera tertuanya yaitu, Moh Nadjikh adalah pendiri sekaligus Presiden Direktur perusahaan besar tersebut.
Terlihat hadir memberikan penghormatan terakhir kepada almarhumah adalah dua Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, yaitu Sulthon Amien dan Nur Cholis Huda, yang juga merupakan kerabat almarhumah. Nadjikh sendiri, selain menjadi Ketua MEK PP Muhamamdiyah, adalah Wakil Ketua PWM Jatim.
Sedangkan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik, hadir melayat Wakil Ketua PDM Moh. In’am, yang bertindak sebagai imam shalat jenazah.
Pelayat lainnya adalah Rektor UMG, Ketua Kadin Kabupaten Gresik, Pimpinan Bank Mandiri, Asisten 2 Pemkab Gresik, Keluarga Muhammadiyah GKB, keluarga besar PT. KML, karib kerabat, dan tetangga sekitar.
Dalam sambutan mewakili keluarga, Nurcholis Huda menyampaikan kisah, bahwa almarhumah saat ditinggal suami, menanggung delapan orang anak dalam kondisi sulit dan sangat memprihatinkan.
“Anak tertuanya (Moh Nadjikh) saat itu sedang kuliah. Sedangkan adik-adiknya masih kecil-kecil,” ungkap Nur Cholis.
Untuk membiaya pendidikan dan kehidupan sehari-hari, tambahnya, almarhumah sampai-sampai menjual perabot rumah seperti lemari dan lainnya. Bahkan separoh dari rumahnya juga ikut terjual.
Menurut dia, di balik kesulitan hidup yang dialami, tiada lain yang dilakukan almarhumah kecuali berserah diri kepada Allah dengan senantiasa bangun malam (tahajjud).
“Alhamdulillah anak-anaknya kini sudah menjadi orang, yang boleh dikatakan sukses. Bahkan sangat sukses. Dan beliau bisa menyaksikan kesuksesan mereka, hingga puteranya yang terakhir,” tutur Nur Cholis.
Taufiq Sarmin, Suami Robichah, yang tinggal serumah dengan almarhumah menceritakan proses meninggalnya almarhumah. “Sangat singkat, tidak ada tanda-tanda sakit. “Habis Maghrib, setelah makan malam masih bersenda-gurau dengan cucu dan cicitnya,” ujar Taufiq yang pada pukul 21.00 WIB menyarankan mertuanya untuk istirahat. “Saat mau menuju kamar tidur, beliau terjatuh, 15 menit kemudian beliau sudah tiada,” jelasnya.
Nadjikh menyampaikan empat kesan mendalam terhadap almarhum. Pertama, “Ibu selalu mengingatkan untuk menjaga shalat,” ceritanya saat bertemu ibunya yang sudah dalam keadaan selesai shalat.
Kedua, menurut Nadjikh setiap diberi uang, ibunya selalu menginfakkan sebagiannya. “Oleh ibu, sebagian besar uang tersebut diberikan orang lain,” tuturnya.
Ketiga, Nadjikh menjelaskan bahwa ibunya senang bila tetangganya di kampung dipekerjakan di perusahaannya. “Jadinya sebagia besar karyawan PT. KML berasal dari kampung ibu,” terang Nadjikh.
“Keempat, ibu selalu mendoakan saya agar tetap sehat, sehingga tetap bermanfaat bagi banyak orang,” ujarnya.
Almarhum dimakamkan di Pemakaman Desa Karangrejo, Kamis (5/1/18) pukul 09.30, setelah dishalatkan di Masjid Baitur Rohman. Semoga khusnul khatimah, amien. (Kemas SR)