PWMU.CO – Seandainya Allah tidak menurunkan nabi-nabi, manusia tetap akan beragama. Menurut dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Dr Syamsuddin MA, hal itu karena manusia telah dibekali dengan naluri beragama (homo religiosus).
“Tapi karena rahmat dan rahim-Nya, maka Allah berkenan menurunkan para nabi,” tuturnya dalam Pengajian Ahad Pagi Masjid At Taqwa, di Wisma Sidojangkung Indah, Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, (7/1/18).
Menurut Syamsuddin, diturunkannya nabi-nabi itu untuk membawa petunjuk agar manusia beragama dalam bentuk yang benar, sesuai dengan maksud Allah memberi naluri beragama itu. “Kalau tidak diturunkan nabi-nabi, maka manusia akan sesuka hatinya dalam beragama. Ada yang menyembah pohon, gunung, atau matahari,” tuturnya.
Selain dibekali naluri beragama, manusia juga dibekali dengan naluri kecerdasan atau akal (homo sapiens). “Dengan akal itulah, manusia bisa membangun peradaban,” ujarnya. Dua naluri itu, jelasnya, yang membedakan manusia dengan makluk lain. “Sekaligus itu menjadi amanah bagi manusia untuk memakmurkan bumi dan bertanggung jawab kepada Allah,” terangnya di hadapan ratusan jamaah yang memadati masjid.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu mengaitkan soal dua naluri itu dengan kebahagiaan. Menurutnya kekayaan bukan satu-satunya ukuran kebahagiaan. “Kalau kekayaan itu ukuran kebahagiaan maka Marilyn Monroe dan John Lennon tidak akan mati bunuh diri,” ungkapnya.
Begitu pula fakta sebaliknya. Jika kebahagiaan diukur dengan kekayaan, kata dia, maka tidak ada senyum bahagia bagi orang-orang yang hidup di kolong jembatan. “Buktinya, mereka bisa tersenyum.”
Menurut Syamsuddin, agama Islam memberi perspektif kebahagiaan sempurna, yaitu kebahagiaan yang bisa menambah kekayaan hati. “Peradaban yang dibangun oleh naluri kecerdasan manusia harus bisa memperkuat hati yang bekalnya adalah naluri beragama itu. Di situ letak bahagia yang sempurna,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Syamsuddin juga memaparkan panjang lebar tentang kekuatan doa dan bagaimana agar doa-doa dikabulkan oleh Allah. Salah satunya, pesan dia, agar selalu optimis dalam berdoa. (Nurfatoni)
PWMU.CO – Seandainya Allah tidak menurunkan nabi-nabi, manusia tetap akan beragama. Menurut dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Dr Syamsuddin MA, hal itu karena manusia telah dibekali dengan naluri beragama (homo religiosus).
“Tapi karena rahmat dan rahim-Nya, maka Allah berkenan menurunkan para nabi,” tuturnya dalam Pengajian Ahad Pagi Masjid At Taqwa, di Wisma Sidojangkung Indah, Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, (7/1/18).
Menurut Syamsuddin, diturunkannya nabi-nabi itu untuk membawa petunjuk agar manusia beragama dalam bentuk yang benar, sesuai dengan maksud Allah memberi naluri beragama itu. “Kalau tidak diturunkan nabi-nabi, maka manusia akan sesuka hatinya dalam beragama. Ada yang menyembah pohon, gunung, atau matahari,” tuturnya.
Selain dibekali naluri beragama, manusia juga dibekali dengan naluri kecerdasan atau akal (homo sapiens). “Dengan akal itulah, manusia bisa membangun peradaban,” ujarnya. Dua naluri itu, jelasnya, yang membedakan manusia dengan makluk lain. “Sekaligus itu menjadi amanah bagi manusia untuk memakmurkan bumi dan bertanggung jawab kepada Allah,” terangnya di hadapan ratusan jamaah yang memadati masjid.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu mengaitkan soal dua naluri itu dengan kebahagiaan. Menurutnya kekayaan bukan satu-satunya ukuran kebahagiaan. “Kalau kekayaan itu ukuran kebahagiaan maka Marilyn Monroe dan John Lennon tidak akan mati bunuh diri,” ungkapnya.
Begitu pula fakta sebaliknya. Jika kebahagiaan diukur dengan kekayaan, kata dia, maka tidak ada senyum bahagia bagi orang-orang yang hidup di kolong jembatan. “Buktinya, mereka bisa tersenyum.”
Menurut Syamsuddin, agama Islam memberi perspektif kebahagiaan sempurna, yaitu kebahagiaan yang bisa menambah kekayaan hati. “Peradaban yang dibangun oleh naluri kecerdasan manusia harus bisa memperkuat hati yang bekalnya adalah naluri beragama itu. Di situ letak bahagia yang sempurna,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Syamsuddin juga memaparkan panjang lebar tentang kekuatan doa dan bagaimana agar doa-doa dikabulkan oleh Allah. Salah satunya, pesan dia, agar selalu optimis dalam berdoa. (Nurfatoni)