PWMU.CO – Agak sulit dibayangkan bagaimana mengelola sebuah sekolah di pantura yang semi-boarding, gratis pula. Pasalnya, sikap sosial remaja pantura yang cenderung ke arah pergaulan yang kurang baik dan pola asuh yang kurang tepat— khususnya anak laki-laki di pesisir Gresik utara—adalah tantangan yang tak ringan.
Tapi hal tersebut tidak mengurangi semangat Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik untuk mengubah karakter dan cara berpikir masyarakat sekitar pantura.
Adalah SMP Muhammadiyah 13 Campurejo Panceng (SMP Hamas) yang mencoba mengubahnya. Sekolah yang baru berdiri tahun 2017 di bawah naungan PRM Campurejo ini mempunyai program yang berbeda dengan sekolah pada umumnya di Kabupaten Gresik.
Kepada PWMU.CO, Kepala Sekolah SMP Hamas Nurul Wakhidatul Ummah menjelaskan, sekolahnya menerapkan fullday school dengan 5 hari belajar efektif. “Hari Sabtu kami gunakan untuk ekstrakurikuler dan Hamas Peduli, yakni berbagi dengan sesama tiap bulan sekali. Ada juga murajaah, muhadatsah, dan muhadharah,” jelasnya bersemangat.
Bahkan, lanjutnya, anak-anak sudah hapal Juz 30 hanya dalam waktu tiga bulan. “Kami ingin anak-anak di desa mendapat pendidikan seperti anak-anak kota yang berbiaya mahal, tapi di sekolah ini tidak berbiaya,” paparnya penuh harap.
Perempuan yang tengah hamil 8 bulan ini menambahkan, tak cukup pagi hingga sore, sekolah ini juga mempunyai program diniyah di malam hari. “Bakda Maghrib siswa belajar di sekolah lagi. Materinya ada pengayaan bahasa Inggris dan pelajaran lain, ada juga tauhid, fiqih, dan belajar Alquran di rumah siswa dengan program darling (tadarrus keliling),” lanjutnya.
Sekretaris Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik M Fadloli Aziz berkesempatan mengunjungi sekolah ini dalam rangka Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS), Senin (15/1/18).
“Saya melihat banyak potensi yang bisa dioptimalkan di sekolah baru yang mungil ini. Hal ini tampak pada semangat guru-guru yang sebagian besar fresh graduate dan mempunyai kompetensi yang tidak kalah dengan guru senior,” ungkapnya.
Aziz —sapaan akrab M Fadloli Aziz— berharap program yang sudah berjalan baik ini perlu dikawal konsistensinya. “Jika perlu, tulis sebagai Standar Operasional Prosedur (SOP) dan standar mutu sekolah. Jaga konsistensi dalam semangat dan inovasi,” pesannya.
Aziz juga turut bersyukur karena di awal tahun pendiriannya, sekolah ini sudah mendapatkan beberapa kepercayaan dari masyarakat.
“Jumlah siswa yang diterima melebihi target dari rata-rata sekolah yang ada di sekitar. Selain itu, tak lama setelah sekolah berdiri, ada warga yang mewaqafkan tanahnya untuk pengembangan sekolah,” paparnya.
Aziz juga menambahkan, ada beberapa donatur yang peduli dengan membantu fasilitas sarana belajar, seperti peralatan laboratorium IPA, beberapa komputer jinjing, dan televisi.
“Kepercayaan tersebut muncul karena adanya semangat dan inovasi yang dilakukan guru-guru di sekolah. Untuk itu, mari kita jaga kepercayaan tersebut dengan sikap konsisten atau istiqamah,” ujar Aziz memotivasi para guru.
Don’t give up and keep going! (Vita/MFA)