PWMU.CO – Ketua MPR Zulkifli Hasan menyampaikan keprihatinan atas terjadinya pergeseran nilai pada masyarakat Indonesia. Menurutnya, perilaku yang sebelumnya dianggap tabu, kini menjadi lumrah.
Keprihatinan itu dia sampaikan kepada ibu-ibu peserta Tanwir I Aisyiyah di UMSurabaya, Sabtu (20/1/19). Dia berharap ibu-ibu menjadi benteng dan suri tauladan sebab karena akan menetukan arah masa depan. “Ibu Aisyiah adalah penerang republik ini,” ujarnya.
Yang juga memprihatinkan Zulkifli, pergeseran nilai itu ada yang ingin melembagakan menjadi undang-undang.
Dia mencontohkan adanya pembahasan rancangan undang-undang (RUU) miras oleh DPR. Menurutnya, sudah ada delapan partai yang setuju dengan RUU itu. “Saudara-saudara, RUU miras itu harus kita tolak tegas,” ungkapnya tanpa merinci partai-partai yang dimaksud.
Pria yang juga Ketua Umum PAN ini menegaskan, partainya sudah menolak RUU miras. Zulkifli menyatakan, di negara maju seperti Amerika Serikat saja miras diatur ketat, dibatasi. “Oleh karena itu saya betul-betul minta teman-teman di DPR, teman-teman partai politik untuk mengatur dengan ketat karena sangat berbahaya,” jelasnya. Hal itu, lanjut dia, karena menyangkut masa depan Indonesia. Menyangkut juga ketahanan nasional dan masa depan anak-anak Indonesia.
Selain miras, ungkap Zulkifli, DPR juga sedang ramai pembahasan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Mereka minta diakui oleh negara. “Dulu di kampung saya, orang seperti itu merupakan aib. Ini malah minta diakui,” ujarnya.
Di DPR sedang ada pembahasan KUHP, LGBT masuk di dalamnya. “Sudah ada lima partai yang menolak, termasuk PAN. Lima partai lainnya belum ngomong,” katanya tanpa memerinci partai yang dimaksud.
Zulkifli pun berpesan kepada ibu-ibu anggota Aisyiah untuk terus ikut menjelaskan kepada perempuan lain bahwa perilaku itu tidak baik. Termasuk kepada keluarga terdekat. “Ibu sebagai teladan, ibu sebagai pendidik. Tugasnya sekarang makin berat. Apalagi Pancasila belakangan ini tidak diajarkan kembali,” tegasnya.
Di bagian lain dia berharap agar ibu-ibu memilih pemimpin bukan karena bagi-bagi sembako. “Tapi memilih masa depan. Terlebih saat ini media-media mainstream banyak yang menjadi tim sukses,” pesannya. Menurutnya, hal itu bisa memperparah kesenjangan politik.
Dia menyampaikan di bulan Juli-Agustus nanti daftar caleg sudah ada. “Dan kita sebagai warga Muhammadiyah juga harus mulai menyiapkan,” pesannya.
Aisyiyah, kata dia, walaupun bukan organisasi politik tapi sangat diperlukan perannya. “Politik itu sangat menentukan, makanya Aisyiyah harus ambil bagian di sana dengan memunculkan kader-kader terbaiknya,” jelasnya. (Radius/Uzlifah)