PWMU.CO – Halaman SD Muhammadiyah Giri pagi itu tampak beda. Sekitar 400 siswa dari berbagai TK di Kecamatan Kebomas memenuhi halaman sekolah tersebut, untuk mengikuti Parade Dongeng, Sabtu (27/1/18).
Mengusung tema “Mari Membaca dan Berkarya”, Parade Dongeng menjadi salah satu icon dalam Festival Literasi yang digagas sekolah yang berjuluk SD Muri ini.
Bersama kakak kelas 1 sampai 6, adik-adik TK tampak antusias menyimak dongeng interaktif yang dibawakan oleh Kak Komang, pendongeng asal Gresik.
Dalam aksinya, Kak Komang mengisahkan dua tokoh yang bersahabat sejak kecil. “Mereka terpisah karena bencana alam dan dipertemukan kembali puluhan tahun kemudian,” tuturnya mengawali cerita.
Pada akhirnya, kisahnya, salah satu dari sahabat itu yang semasa kecil gemar membaca telah sukses menjadi penulis terkenal dan bisa membantu seluruh biaya pengobatan sahabatnya yang tengah dirawat di rumah sakit.
Selain pendongeng profesional, siswa kelas 5 Nabila Khairunnisa juga menunjukkan kebolehannya dalam mendongeng “Warisan Rahasia”. Penampilannya yang penuh penghayatan disambut tepuk tangan meriah seluruh penonton. Nabila —sapaan akrabnya— adalah pemenang pertama lomba mendongeng antarsiswa SD Muri dalam Festival Literasi ini.
Tak mau kalah, salah satu siswa TK Kartika Kebomas Nir Wasita HC tampil membawakan dongeng Timun Mas. Gaya tuturnya yang percaya diri dan penguasaan cerita yang bagus, membuatnya memenangkan lomba bercerita antar TK di festival ini.
Kepala SD Muri Dina Hanif Mufidah menuturkan dongeng selalu membawa pesan moral dan hikmah. “Jika disampaikan dengan apik, maka bisa menjadi media penguatan pendidikan karakter yang sangat efektif bagi anak dan akan diingat seumur hidup mereka, karena dongeng memberi nasihat tanpa menggurui,” jelasnya.
Kepala sekolah yang juga mempunyai hobi mendongeng dan menulis cerita anak itu juga menambahkan, dimulai dengan mendengarkan, kemudian menyampaikan cerita, lalu pembiasaan membaca yang baik akan meningkatkan skill siswa berliterasi.
“Tak kalah penting juga melatihkan siswa menuangkan ide dan pikiran dalam bentuk tulisan,” tambahnya.
Menurutnya, hal ini bisa menjadikan siswanya memiliki keterampilan berbahasa yang mumpuni. “Perlahan tapi pasti akan menumbuhkan budaya literasi yang mengantar mereka siap menjadi pembelajar sepanjang hayat,” tutupnya.
Let’s realize the culture of literacy! (AK)