PWMU.CO – Orang yang hatinya mati karena kelakuan dan sifatnya bertolak belakang dengan sunnah Rasulullah SAW hanya bisa berubah bila orang tersebut mau taubatan nasuha.
Hal ini disampaikan Zainul Arifin SAg, ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sukolilo Cabang Bulak Kota Surabaya di awal khutbah gerhana bulan di Masjid Sholihin, Rabu malam (31/1/18).
Baca: Gerhana Bulan Tanggal 31 Januari 2018, Berikut Tata Cara Shalat Gerhana dan Ketentuannya
Zainul yang bertindak sebagai imam sekaligus khatib ini juga menyampaikan sebuah hadits riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad yang artinya “Bahwa sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu.”
“Maka seyogyanya kita bersyukur karena tiada kenikmatan yang bisa diukur, tiada kesempatan untuk yang kedua kali, dan harus menunggu 152 tahun lagi untuk bisa bertemu dengan hari yang istimewa seperti malam ini,” terangnya.
Pada kesempatan ini Zainul juga menjelaskan tentang kenikmatan dan kesempatan yang berupa kekuasaan Yang Maha Kuasa tentang fenomena alam yang terjadi malam ini.
“Gerhana Bulan Total, itulah kekuasaan Allah SWT yang hanya bisa disaksikan dan dialami setiap 152 tahun sekali,” tegasnya dihadapan ratusan jamaah yang memadati Masjid Masjid Sholihin Sukolilo Surabaya ini.
Disebut langka karena fenomena astronomi ini akan terulang 152 tahun lagi. Sedangkan istimewa karena akan mengombinasikan tiga fenomena alam secara bersamaan, yaitu blue moon (bulan biru), supermoon (bulan super besar) dan total lunar eclipse (gerhana bulan total).
Baca juga: Gerhana Bulan Tiba, Pelajaran Shalat Khusuf pun Jadi Aktual
Masyarakat dapat menyaksikan supermoon yang sangat masif yang besarnya 14 persen dari bulan yang biasa disaksikan dan juga memiliki terang cahaya 30 persen lebih terang dari biasanya. Supermoon ini terjadi karena posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi, dikarenakan oleh posisi orbitnya yang oval, bukan berbentuk lingkaran.
Di akhir khutbah, Zainul mengajak jamaah untuk bersyukur karena bisa menyaksikan salah satu kebesaran Allah SWT ini. (Bunda Tri)