PWMU.CO – Kalau Islam membolehkan poligami sampai empat istri, lalu nanti di akhirat siapakah dari keempatnya itu yang akan menjadi pendamping suami? Apakah semua atau seorang saja? Lantas bagaimana penjelasannya berdasar al-Quran dan Sunnah.
Terkait masalah ini, al-Quran surat an-Nahl: 97 telah menentukan garis besarnya terkait dengan balasan bagi orang yang beriman.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS an-Nahl: 97)
Ayat ini menegaskan, bahwa laki-laki maupun perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama. Artinya, keduanya akan menempati surga yang sama pula jika iman dan amalnya baik. Berarti suami-istri akan sama-sama di surga. Bahkan, di surat Yasin ayat 55-57 lebih jelas lagi dikatakan:
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلاَلٍ عَلَى اْلأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (QS Yasin: 55-57)
Dalam ayat ini dikatakan “istri-istri” sekalipun pada asalnya ditujukan kepada semua manusia beriman. Namun, ayat ini juga berlaku bagi para istri oleh seorang suami. Menurut ayat ini, empat orang istri bagi seorang suami, yang sama-sama beriman dan beramal shaleh akan bertemu di surga dan menjadi pendamping suami.
Karena itu, ketika Rasulullah saw akan mencerai istrinya lantaran permintaannya yang tidak wajar, beliau memberi alternatif: dicerai tetapi tidak bertemu di akhirat atau tetap menjadi istri dalam keadaan penghidupan yang sederhana dan akan bertemu di akhirat. Para istri memilih tetap menjadi istri dengan penghidupan seperti ini, karena ingin menjadi pendamping Nabi di surga nanti.
Lebih jauh bisa dibaca dalam Tafsir al-Munir, karya DR Wahhah al-Zuhaili, Juz 21, halaman 291. Cerita yang sama juga bisa disimak dalam surat al-Ahzab ayat 28-30. (redaksi)
Discussion about this post