PWMU.CO-Sekitar 394 siswi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA) memadati Asrama Haji Sukolilo, Sabtu, (10/02/2018) pagi. Dengan berpakaian ihram serba putih mereka telah bersiap mengikuti ujian praktik manasik haji.
Puncak dari rangkaian ujian praktik sekolah yang diselenggarakan mulai tanggal 19 Januari 2018. Seperti tahun sebelumnya, kegiatan rutin tahunan ini dibagi menjadi dua kelompok. Untuk putri pukul 06.30-09.30, sedangkan untuk putra pukul 09.30-12.30.
Baca Juga: Hmmm…Kue Lumpur….It’s Very Delicious
”Selain sebagai salah satu syarat ketuntasan ujian praktik, kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait tata cara dan pelaksanaan ibadah haji sesuai rukun dan syaratnya. Setelah lulus, siswa-siswi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya mempunyai pengetahuan yang cukup terkait ibadah haji,” kata Kepala SMAMDA Astajab SPd MM.
Guru yang ditunjuk sebagai penguji adalah guru Ismuba (al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab) dan beberapa guru yang telah berhaji. Ketua Majelis Tabligh PDM Kota Surabaya Ustadz Drs H. Suhadi MAg ditunjuk sebagai pembimbing kegiatan ini.
Suara riuh ketika beberapa kelompok siswi diuji untuk thawaf. Pasalnya, Franziska Bernlochner, guru Jerman dari AIESEC itu telah berdiri sambil membawa kamera SLR. Franzi, guru cantik ini ingin mengabadikan kegiatan praktik manasik ini dalam album kenangannya. Satu hari sebelumnya Franzi sudah penasaran dengan kegiatan ini.
”Wah senangnya, dipotret Miss Franzi. Foto kita bisa sampai Jerman,” teriak Naella Syafa, kelas XII MIPA 8. Ia merasa senang karena ini adalah momen istimewa.
Setelah mengambil foto, Franzi ikut bergabung mengikuti thawaf. Suasana makin heboh saat ia masuk barisan dan mengikuti gerakan-gerakan seperti yang diinstruksikan Dra H Sholichah, guru penguji kelompok putri.
”How do you feel after joining thawaf?” tanya Alif Jatmiko MThI, salah satu penguji.
”Wow.. it’s my new experience, it was great. I like to do something together with the students especially in this occasion,” jawab Franzi.
Ia menganggap ini adalah pengalaman yang luar biasa yang dilakukan bersama-sama dengan siswa. Sejak awal ia memang ingin mencoba thawaf.
”I just follow the movement, but honestly, I can not say the words, the word that I can say is only Allahu Akbar,” katanya.
Ia hanya mengikuti gerakan siswa di sebelah kanan kirinya. Ia juga tidak bisa mengucapkan doa-doa yang harus diucapkan. Ia hanya bisa mengucap Allahu Akbar. Beberapa guru pun tersenyum, karena ia mengucapkan kalimat takbir dengan logat Jerman.
Ada hal yang menarik dari pertanyaan yang dilontarkan Franzi. ”Do moslems believe that there is God inside the Kakbah?” Ia mengira pada saat thawaf, orang muslim percaya ada Allah di dalam kabah.
”No, They don’t. The Kakbah is only the symbol for unity of worship. All moslems around the world always pray facing to the same qiblat,” jawab Alif.
Alif menerangkan, Kakbah hanyalah sebuah simbol persatuan ibadah. Semua umat Islam ketika shalat menghadap kiblat yang sama.
Franzi mendengar penjelasan dengan seksama. Ia juga bertanya tentang kertas-kertas bertuliskan Hajar Aswad, Multazam yang tertempel pada miniatur Kakbah. Setelah puas mendapatkan penjelasan, ia pun berkeliling untuk melihat prosesi berikutnya seperti sai, wukuf, melempar jumrah dan tahallul. Ia sangat berterima kasih karena telah mendapatkan pengalaman berharga tentang haji. (Puspitorini)