PWMU.CO – Dalam proses belajar-mengajar, murid-murid SD Muhammadiyah 26 Jalan KH Ahmad Dahlan No. 2, Keputih, Sukolilo, Kota Surabaya, selalu diberi pondasi ketakwaan dan keimanan. Salah satunya adalah tentang sabar.
Selain tentang sabar yang bermakna menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, sabar yang dipraktikkan di sekolah yang dikepalai oleh Ustadz Hervit Ananta Vidada SPd itu punya makna yang lain.
Di sekolah dengan tagline Faith, Healthy, Science, Skill, and Charachter itu sabar bisa bermakna sandal berbaris. Yaitu budaya merapikan sandal ketika memasuki masjid sekolah, seperti yang berlangsung pada Sabtu, (10/2/18). Sandal murid-murid tertata rapi di pintu masjid sekolah, ketika mereka menunaikan shalat Dhuhur.
“Sebelum masuk ke dalam masjid sekolah, para siswa wajib melepaskan alas kaki seperti sandal atau sepatu. Lalu, alas kaki harus ditata rapi,” ujar Raisya Adzkiya, murid kelas IV. Baginya, kebiasaan itu punya makna mendalam tentang menjaga kerapian, keindahan, dan kebersihan.
Selain itu, ‘sabar’ menggambarkan tingkat kerjasama, kekompakan, dan saling mengingatkan antarsiswa untuk berbuat disiplin dan konsisten.
Bukan hanya saat mau masuk masjid, sabar juga dilakukan ketika para siswa masuk ke laboratorium komputer yang berada di lantai dua.
“Awalnya para siswa kurang memperhatikan kerapian sepatu atau sandal. Namun, pelan-pelan kita mengarahkan dengan memberi pengertian, akhirnya mereka peduli terhadap alas kaki dan menatanya dengan rapi,” kata Muhammad Hamrozi, guru Al Islam SD Muhammadiyah 26 Surabaya. (Galih)
PWMU.CO – Dalam proses belajar-mengajar, murid-murid SD Muhammadiyah 26 Jalan KH Ahmad Dahlan No. 2, Keputih, Sukolilo, Kota Surabaya, selalu diberi pondasi ketakwaan dan keimanan. Salah satunya adalah tentang sabar.
Selain tentang sabar yang bermakna menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, sabar yang dipraktikkan di sekolah yang dikepalai oleh Ustadz Hervit Ananta Vidada SPd itu punya makna yang lain.
Di sekolah dengan tagline Faith, Healthy, Science, Skill, and Charachter itu sabar bisa bermakna sandal berbaris. Yaitu budaya merapikan sandal ketika memasuki masjid sekolah, seperti yang berlangsung pada Sabtu, (10/2/18). Sandal murid-murid tertata rapi di pintu masjid sekolah, ketika mereka menunaikan shalat Dhuhur.
“Sebelum masuk ke dalam masjid sekolah, para siswa wajib melepaskan alas kaki seperti sandal atau sepatu. Lalu, alas kaki harus ditata rapi,” ujar Raisya Adzkiya, murid kelas IV. Baginya, kebiasaan itu punya makna mendalam tentang menjaga kerapian, keindahan, dan kebersihan.
Selain itu, ‘sabar’ menggambarkan tingkat kerjasama, kekompakan, dan saling mengingatkan antarsiswa untuk berbuat disiplin dan konsisten.
Bukan hanya saat mau masuk masjid, sabar juga dilakukan ketika para siswa masuk ke laboratorium komputer yang berada di lantai dua.
“Awalnya para siswa kurang memperhatikan kerapian sepatu atau sandal. Namun, pelan-pelan kita mengarahkan dengan memberi pengertian, akhirnya mereka peduli terhadap alas kaki dan menatanya dengan rapi,” kata Muhammad Hamrozi, guru Al Islam SD Muhammadiyah 26 Surabaya. (Galih)