PWMU.CO – Untuk menyiapkan generasi emas Indonesia di era milenial guru tidak hanya mentransfer ilmu tetapi menstransfer sikap.
Prof Ir Joni Hermana M Sc ES PhD menyampaikan hal itu dalam Seminar Pendidikan bertema “Membangun Generasi Emas dengan Karakter Berkemajuan” yang digelas SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, di Hote Ibis Style Jalan Raya Jemursari, Rabu, (15/2/18).
“Sebagai guru selain menguasai ilmu yang diajarkan juga harus mampu untuk membangun karakter siswa yang diterapkan pada saat proses pembelajaran dalam kelas maupun luar kelas,” ungkap Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu.
Menurutnya, guru juga harus menyadari bagaimana sifat zaman now ini karena sangat berbeda dengan generasi zaman dulu karena ada perubahan zaman.
“Generasi sekarang adalah generasi milineal pragmatis, selalu berubah. Selain itu mereka juga mencintai leisure, kesenangan dan tidak fokus pada masa depan. Mereka juga sangat sering mengungkapkan perasaan di social media. Tiada hari tanpa medsos,” urainya.
Joni mengintakan, proses pendidikan ke depan tantangan yang dihadapi adalah generasi yang mempunyai kondisi yang berbeda dengan guru-gurunya. “Yang juga berubah tidak hanya generasinya tetapi juga teknologi yang menyertakan atau yang disebut discruptive technology,” tegas ayah dari Budi Salman Jannah, siswa Kelas X MIPA 1 Smamda Surabaya ini.
Dalam discruptive technology, ujar Joni, apa yang dilakukan manusia bisa digantikan dengan robot. “Oleh komputer akan banyak pekerjaan manusia yang bisa tergantikan,” ucapnya.
Kemajuan seperti itu, kata dia, disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi. “Oleh karena itu generasi kita harus menguasai teknologi jika tidak ingin dikuasai teknologi,” pesannya mengintakan.
“Lalu apa yang harus kita lakukan jika dunia dikuasai robot?” tanyanya pada peserta seminar yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru BK SMP se-Surabaya itu.
Melalui pemutaran video If Robot Will Run The World, What Students Learn karya Abd Karim Alias, Joni menjelaskan bahwa satu satunya jalan untuk tetap sukses adalah selalu meng-upgrade skill.
“Dan hal itu membutuhkan kreativitas. Kreativitas yang radikal yang bisa menciptakan ide-ide baru luar biasa dan hal inilah yang tidak pernah bisa dilakukan robot,” terangnya.
Karena itu, jelasnya, pendidikan harus berfokus pada pembelajaran untuk belajar (metacognitif). “Sekolah harus menanamkan kreativitas siswa sesuai passion, berfokus pada pemahaman konsep yang mendalam. Dan guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mengadakan penemuan, berdiskusi bekerja dengan kelompok, dan kolaborative,” uangkapnya.
Jika hal tersebut bisa tercapai, tuturnya, maka manusia dan komputer akan dapat menciptakan inovasi terbesar di masa depan. “Semoga generasi masa depan kita mampu menjadi generasi yang survive dalam percepatan kemajuan teknologi,” harap dia.
Mengakhiri paparannya, Joni mengajak seluruh peserta untuk merenung. “Ada kewajiban kita untuk berpikir dengan akal kita. Menurut Rasullulah saw, orang yang cerdas adalah yang berfikir tidak hanya dunia tapi akhirat,” tuturnya.
Apa yang kita ajarkan kepada siswa, tambahnya, harus bersandar pada Allah Swt dan Rasulullah. “Sebagai pendidik harus mampu mencetak generasi emas masa depan yang cerdas,” sekali lagi dia berpesan.
Paparan Prof Joni itu membuat peserta seminar terpukau, seperti disampaikan Titik Sudarti M Pd, Kepala SMPN 1 Surabaya.
“Materi seminar ini keren. Sangat kekinian dan kita perlukan sebagai pendidik,” ungkapnya. “Narasumber juga sangat kompeten dan religius.” (Puspitorini)