PWMU.CO – Paparan Ketua Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Litbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Buya Anwar Abbas pada Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Simokerto di Perguruan Muhammadiyah Kapasan Surabaya (11/2/18), sungguh menarik.
Paparannya tentang jihad ekonomi dan maskapai penerbangan Muhammadiyah Airline bukan mimpi, laksana “mimpi” Rasulullah Saw bahwa Islam akan menaklukkan Persia, Romawi, dan Konstantinopel.
Mimpi atau lebih tepatnya harapan disertai doa dan ikhtiar sungguh-sungguh dalam mewujudkannya. Mimpi Rasulullah Saw ini kemudian dapat diwujudkan Umar bin Khattab hingga Muhammad Al Fatih.
Begitu juga saat ini, Muhammadiyah Airline bukan mimpi di “pagi bolong” ala Buya Anwar Abbas. Otoritas pasar modal, dalam hal ini PT Bursa Efek Indonesia (BEI), pernah merilis data keuangan Muhammadiyah yang mencapai Rp 20 trilyun.
Dana yang tersebar di amal usaha-amal usaha, Organisasi Otonom (Ortom), serta Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) seluruh Indonesia hingga PP Muhammadiyah. Percaya tidak percaya dengan data tersebut, yang jelas PT BEI dikenal memiliki otoritas dengan kredibilitas yang baik.
Dana Rp 20 trilyun sangat cukup untuk mewujudkan Muhammadiyah Airline dan korporasi besar lainnya. PR besar adalah bagaimana dana Rp 20 trilyun itu dapat disatukan.
Tentu kita belajar dari ikhtiar pendirian Bank Persyarikatan yang mendapat ujian bankrut pada tahun 2004. Diperlukan instrumen lain untuk menyatukan potensi dana warga Muhammadiyah. Perusahaan investasi bisa menjadi alternatif untuk menyatukan potensi dana Rp 20 trilyun warga Persyarikatan itu.
Mengapa? Tentu karena perusahaan investasi cenderung lebih fleksibel masuk ke dalam aneka sektor industri, tanpa perlu memulai dari nol. Perusahaan investasi lebih cocok dengan karakter organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang beranggotakan individu-individu dengan beragam latar belakang pekerjaan dan sosial ekonomi.
Di luar profesi pengusaha atau pedagang umumnya sulit diajak memahami apalagi menjalankan usaha. Tetapi profesi nonpedagang atau pebisnis memiliki potensi lebih yaitu pemilikan dana menganggur yang bisa dimanfaatkan.
Sementara itu, kelompok masyarakat zona nyaman menginginkan dana simpanan yang aman dan tumbuh signifikan. Masyarakat zona aman dan nyaman ini—mohon maaf—sangat dominan di Persyarikatan.
Muhammadiyah dengan amal usaha andalannya di bidang pendidikan, kesehatan, dan keagamaan memiliki potensi dana menganggur sangat besar. Belum lagi warga Persyarikatan dengan latar belakang pegawai negeri sipil (PNS) dan swasta yang umumnya rajin menabung.
Maka, dana potensial Rp 20 trilyun yang bisa jadi atas nama amal usaha Muhammadiyah (AUM), Ortom, dan PRM sampai PP Muhammadiyah dan tersimpan di bank-bank pemerintah, bisa sebagian dikelola dalam rekening bersama.
Rekening itu dalam bentuk perusahaan investasi yang profesional, terbuka, dan amanah yang sangat cukup untuk mewujudkan mimpi Muhammadiyah Airline.
Itulah gambaran langkah sembari terinspirasi generasi Utsmani yang terpanggil untuk mewujudkan mimpi Nabi membebaskan Konstantinopel. Senada dengan Persyarikatan yang menanti hadirnya ‘generasi Utsmani’ untuk mewujudkan mimpi qiyadah memiliki Muhammadiyah Airline.
Generasi Utsmani tidak pernah menyalahkan mimpi Nabi yang terlalu tinggi. Begitu pula dengan mimpi qiyadah Buya Anwar Abbas pun menanti kehadiran ‘generasi Utsmani’ untuk diwujudkan.
Muhammadiyah Airline bi idznillah bukan mimpi. Wallahualambishshawab. (*)
Kolom oleh Prima Mari Kristanto, Investor di Pasar Modal, Penulis buku Nabung Saham Syariah.