PWMU.CO-Banyak cara cepat membaca Alquran disusun. Salah satunya Metode Tajdied yang disusun oleh tim Muhamamdiyah Jember. Metode ini menggunakan beberapa cara seperti bernyayi, bercerita, dan sosiodrama
Pelatihan Metode Tajdied diadakan oleh Pimpinan Cabang Aisyiyah Tanggul dengan pengajar Suwito al Hafidh, salah satu anggota tim penyusun. Pelatihan dilaksanakan empat kali tatap muka tanggal 24-25 Februari dan 3-4 Maret 2018 di aula TK ABA Tanggul. Peserta sebanyak 50 orang terdiri dari guru-guru TK ABA, TPAA/MDAA, PAUD dan anggota Tarbiyatul Ummahat PRA Tanggul Wetan.
Baca Juga: PCA Tanggul Hadang Gerakan Kristenisasi di Dusun Kamaran
Menurut Suwito, baca Alquran cara cepat Metode Tajdied yang diajarkan kepada siswa jika paham dengan bernyanyi, sudah cukup. Tapi kalau siswa masih kesulitan bisa dengan dua cara yang lainnya yaitu bercerita dan sosiodrama.
Dia menjelaskan, Metode Tajdied merupakan metode belajar membaca Alquran yang sudah lama dikembangkan oleh Muhammadiyah Jawa Timur. Tetapi bagi guru di Tanggul belum pernah mengikuti pelatihan ini sehingga seperti mendapat ilmu baru.
Ketika Ustadz Suwito mengenalkan kunci 1-5 dengan bernyanyi disertai gerakan, peserta menjadi antusias mengikuti. Syair lagu memakai bahasa Indonesia dan Arab setiap kata dipilih untuk mengenalkan pengucapan huruf atau makhraj hijaiyah.
”Ayo, kita nyanyikan lagu 12345678 dulu, karena lagu ini syairnya diubah dan menjadi kunci di pelajaran 1-5, “ ajak Suwito.
”Saya bawa lidi ini hanya untuk buru kutu
Sudah jadi hama Qota yang sembunyi di Shofa Jaza
Saya bawa lidi ini untuk buru kutu hama Qota
Buru kutu hama Qota yang bersembunyi di Shofa Jaza”
“Jangan pernah dengan mudah memberitahu siswa jika mereka kesulitan membunyikan kata. Cukup kita beri pancingan dengan mengingatkan kata kuncinya saja. Karena jika kita mudah memberitahu siswa, siswa malas berpikir dan hanya menunggu instruksi guru saja,” tandas Suwito.
Di akhir pertemuan pertama, beberapa peserta diminta untuk memeragakan cara mengajar secara klasikal. Nah, di sini hebohnya baru terasa. Halimatus Sa’diyah, peserta yang sudah lama berpengalaman mengajar mengaji di Masjid Dakwah nervous. Hingga praktik mengajarnya ada yang salah.
Lain lagi dengan Cindy Yuli, kepala PAUD Kramat ini maju dengan percaya diri. Tapi begitu memberi contoh membaca, salah. Seharusnya dibaca sasasa, dibaca yayaya. Kontan saja peserta lain yang menjadi murid tertawa dan mengingatkan.
”Salah, Bu Guru,” kompak kami mengingatkan.
”Iya, Bu Guru tahu kalau salah. Bu Guru hanya mengetes kalian sudah konsentrasi atau belum,” elak Cindi disambut tawa lainnya. Ada saja akalnya untuk mengelak disebut salah. (Humaiyah)