PWMU.CO-Kepedulian terhadap kader yang sedang terkena musibah ditunjukan oleh Forum Keluarga Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UIN Sunan Ampel Surabaya.
Beberapa anggota Fokal IMM UINSA menjenguk Mochammad Luthfi di rumahnya, di Wonocolo, Selasa (27/2/2018) malam. Ketua Bidang Sospemas PC IMM Surabaya itu kecelakaan tunggal di depan Galaxi Mall dan sempat menjalani operasi di RS dr Soetomo.
Baca Juga: Kecelakaan di Depan Galaxy Mall, IMMawan Luthfi Dirawat Intensif di RSUD Soetomo
Salah satu perwakilan Fokal IMM UINSA Muhammad Sholihin Fanani mengatakan, menjenguk orang yang sedang mengalami musibah ini adalah satu kewajiban. “Alhamdulillah, kami berkesempatan menjenguk Luthfi sekaligus bersilaturahim dengan ayahnya, Abdullah Faqih. Beliau ini sesepuh Muhammadiyah yang pernah menjadi Ketua PCM Wonocolo,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (28/2/2018).
Sholihin menceritakan, Pak Dullah ini sosok yang dulu berperan mengader dirinya menjadi aktivis Muhammadiyah. “Walaupun sudah 6,5 tahun terbaring di tempat tidur, semangatnya bermuhammadiyah tetap menyala. Kami ingin Majelis Tabligh PWM Jatim punya agenda sambang sesepuh Muhammadiyah,” papar Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim ini.
Pria asal Lamongan ini mengungkapkan, banyak hal yang disampaikan Pak Dullah mengenai musibah yang menimpa putranya, Lutfi. Pertama, Pak Dullah merasa bersyukur Lutfi memiliki banyak teman yang menjenguk mulai dari Yogyakarta, JawaTengah, Sidoarjo, Gresik Lamongan dan lainnya. “Saya kok merasa kalah dengan anak saya Lutfi,” tutur Sholihin menirukan perkataan Pak Dullah.
Pak Dullah, katanya, juga mengucapkan terima kepada IMM karena telah membentuk Lutfi menjadi aktivis. “Saya tidak menyangka kalau dia bisa menjadi aktivis yang bersemangat,” ungkapnya.
Pak Dullah selalu berpesan kepada Lutfi dan para kader IMM UINSA untuk selalu menjaga shalat, membaca al-Quran, doa dan selalu mengingat kepada Allah swt. Kalau jadi aktivis, jangan lupa tujuan utama Anda datang ke kota adalah untuk studi.
“Selalu jaga nama Muhammadiyah, jangan takut menyatakan diri sebagai kader Muhammadiyah, walaupun kita tidak punya teman. Sebab, sampai sekarang masih banyak orang yang membenci Muhammadiyah,” pesannya.
Pak Dullah mengungkapkan, dulu dirinya masuk Muhammadiyah karena dilarang oleh kiainya. “Saya tidak boleh dekat dengan orang Muhammadiyah dan jangan masuk Muhammadiyah karena organisasi sesat. Karena dilarang, saya semakin penasaran dan akhirnya tertarik masuk Muhammadiyah,” ceritanya.
Walaupun sudah terbaring di atas tempat tidur, Pak Dullah Faqih masih terus menerus menghubungi tokoh –tokoh untuk membantu membeli tanah masjid Muhammadiyah di Wonocolo. (Aan)