PWMU.CO – Siapapun yang menginspirasi, harus diambil pelajaran darinya. Termasuk sosok budayawan Gresik Lenon Machali yang begitu kreatif dalam berkarya. Statemen tersebut keluar dari bibir Sri Wahyuni yang merupakan istri dari almarhum Lenon Machali, saat ditemui PWMU.CO pada acara ‘Membincang Lenon Machali’ di Wahana Ekspresi dan Kedai Kopi Gresiknesia, Jl. Simpang Terminal no.10 Gresik Kota Baru, Selasa (13/3/18).
Acara tersebut tidak hanya sekadar untuk mengenal sosok Lenon Machali, tetapi juga menjaga dan meneruskan semangat-semangatnya pada persoalan budaya. “Sehingga nanti akan lahir Lenon Machali-Lenon Machali yang baru,” kata perempuan yang akrab dipanggil Uyun ini.
Uyun mengatakan, almarhum mendapatkan ilmu dari banyak mendengar. Tidak pernah menolak atau membantah meskipun tidak cocok. Tidak pernah dimusuhi dan selalu bersahabat. “Beliau selalu bisa menampung aspirasi dan memberikan solusi,” ujarnya setelah membuka acara dengan musikalisasi puisi.
Diskusi yang dimoderatori oleh Dewi Musdalifah ini menghadirkan dua orang pembicara, Aming Aminoedhin seorang penyair dan Zainuri yang merupakan sutradara teater. Aming Aminoedhin sebagai pembicara pertama menceritakan bagaimana dulu saat bertemu dengan Lenon Machali. Sampai akhirnya bersama-sama membuat buku kumpulan puisi.
“Pada saat saya diajak menjadi juri lomba puisi di Malang oleh Lenon Machali bersama Herry Lamongan, muncul ide untuk membuat sebuah buku kumpulan puisi,” ucapnya.
“Dari situlah lahir gagasan membuat kumpulan puisi bersama bertajuk ‘Gresla Mamoso’ yang berisi puisi dari Lenon Machali, Herry Lamongan, Tengsoe Tjahjono, Aming Aminoedhin dan R Giryadi,” imbuh Aming -panggilan akrabnya. Dia menjelaskan, Gresla Mamoso merupakan kepanjangan dari Gresik Lamongan Malang Mojokerto dan Sidoarjo.
Semenetara itu, pembicara kedua Zainuri mengatakan Lenon Machali merupakan sosok yang sangat bersahaja. ifat inilah yang membuat almarhum menjadi seniman yang dicintai. “Lenon Machali punya dramaturgi tersendiri. Dia master yang menggunakan teknik mendengarkan,” ungkapnya.
Diskusi ini diakhiri oleh cerita dari Wahyu Lazuardi. Dia adalah anak kedua pasangan Lenon Machali dan Sri Wahyuni. Ardi -sapaannya- mengatakan, acara ini digunakan untuk mengumpulkan puzzle-puzle terkait sosok seorang seniman seperti bapaknya.
“Saya tidak tahu proses bagaimana bapakku sendiri. Karena setelah lulus SD saya pindah ke Yogyakarta. Ketika pulang ke Gresik, kami sering berdiskusi antara yang ada di Yogya dan Gresik,” ucapnya.
Menurut Ardi, di Yogya ideologi keseniannya berbeda. Setelah diskusi dengan bapaknya dia lebih tertarik yang ada di Yogya. Dia kaget ketika Ruhman Rosadi seorang guru teater di Yogya ingin bertemu dengan bapaknya.
“Kenapa bukan Anda yang ingin bertemu beliau? tanyaku saat itu kepada Ruhman Rosadi. Dia kemudian menjawab kalau bapak saya itu menarik,” cerita Ardi
Dari situ, lambat laun Ardi menyadari kapasitas dan sepak terjang bapaknya. Sekarang dia merasa menyesal dan iri karena teman-teman mengalami banyak proses melalui Lenon Machali. “”Saya merasa senang dan berterima kasih kepada teman-teman. Kalian dapat ilmu, saya tidak,”guraunya. (Anik/mif)