PWMU.CO – Wajah Suyono sumringah. Pagi itu dia mendapat ‘surprise’. Seorang siswa berseragam Pandu HW menyodorkan sarapan gratis berupa nasi kotak kepadanya.
“Semoga bisa untuk sarapan, Pak. Dari kami SD Muhammadiyah Manyar,” ucap Abdullah Faqih Arsya pada pria tua di rumah bedengnya. Arsya—panggilan akrabnya—dan lima orang temannya membagikan nasi kotak dan minuman pada pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kawasan Industri Gresik (KIG), Jumat (23/3/18).
Kegiatan yang dikemas dengan nama Jumat Tebar Berkah (JTB) ini digelar Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik.
Tidak hanya Arsya dan kelima temannya, 12 siswa kelas VI SDMM lainnya juga ikut menyebar ke lokasi yang berbeda. Didampingi personil Ikwam, mereka menuju ke Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG), Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Pongangan, Pelabuhan Gresik, sekitar sekolah, Puskesmas Sukomulyo, dan RS Ibnu Sina.
“Kami terinspirasi dari Lazismu yang beberapa waktu lalu mengajak siswa SDMM dalam kegiatan serupa. Karena Lazismu harus berpindah-pindah sekolah, maka kami berpikir menyelenggarakan sendiri setiap bulan agar lebih intensif,” tutur Koordinator JTB Iin Nuraini Astuti.
Dia melanjutkan, JTB tidak memberatkan orangtua karena tidak wajib. “Siapa yang mau nyumbang, monggo. Berupa uang dan harus langsung habis. Jadi tidak pakai masuk kas,” ujar Iin, sapaannya.
Ditemui usai JTB, Iin mengaku kaget dengan perolehan infak JTB untuk edisi perdana ini.
“Ada 13.110.000 rupiah. Kami buatkan 750 nasi kotak dengan harga 10 ribu rupiah per kotaknya. Sisanya kami berikan tunai ke Panti Asuhan Al Lail dan Giri. Serta 25 paket sembako untuk janda-janda Aisyiyah dan anak yatim sekitar SDMM,” ungkapnya.
Iin bersyukur JTB perdana hari ini berjalan lancar dan tujuannya tersampaikan ke siswa.
“Alhamdulillah, anak-anak bisa ikut merasakan tujuan kegiatan ini. Meski awalnya mereka terpaksa harus berangkat jam 05.30 ke sekolah, tapi akhirnya mereka senang bahkan minta diajak lagi bulan depan,” ujarnya.
Kami berharap, lanjutnya, jiwa sosial mereka bisa muncul dan tahu kondisi orang lain yang berbeda dengan kondisi mereka di rumah. “Bagaimana kondisi pemulung, pasien di sal-sal rumah sakit, dan kuli angkut,” pesan Iin. (Ria Eka Lestari)