PWMU.CO – Lulus ujian, ikut melestarikan budaya, sekaligus menguatkan branding Muhammadiyah. Tiga hal itulah yang harus dicapai oleh para siswa SMA Muhammadiyah 9 Brondong, Lamongan, dalam ujian praktik membatik.
Seperti yang disampaikan oleh guru Seni SMAM 9 Brondong Habibur Rohman atau yang biasa dipanggil Habib. Menurutnya, ujian praktik ini untuk menanamkan cinta budaya lokal dan Muhammadiyah.
“Saya mensyaratkan agar siswa bisa berimprovisasi dengan memadukan unsur motif batik khas Lamongan dengan logo Muhammadiyah agar ada daya tarik tersendiri karena ini memang karya asli siswa Muhammadiyah,” ujarnya pada PWMU.CO, Sabtu (24/3/18).
Habib menjelaskan, untuk menyelesaikan karya batik itu, siswa dibagi per kelompok dan diberi waktu 1-2 bulan, dimulai tanggal 14 Februari 2018.
Karya batik yang dihasilkan beraneka macam, seperti motif lele atau ikan bandeng, yang kemudian dipadukan dengan logo Muhammadiyah.
Khofifah Septi, salah satu siswa, mengaku jika hal tersulit adalah proses menyanting. “Saat menyanting yang paling butuh kesabaran. Karena di situ kita harus teliti, lalu harus memastikan apakah panas dari lilin sudah pas ataukah belum sebelum dituliskan ke kain mori,” jelas siswi kelas XII IPA-2 tersebut.
Meskipun menyanting dianggap menjadi hal yang paling sulit, tetapi ia mengaku jika membatik itu adalah kegiatan yang mengasyikkan.
Habib juga berharap dengan adanya tugas membatik tersebut kemampuan siswa terasah. “Ini juga untuk menambah rasa cinta mereka terhadap budaya lokal berupa batik,” ungkapnya. (Novi Indriani)
PWMU.CO – Lulus ujian, ikut melestarikan budaya, sekaligus menguatkan branding Muhammadiyah. Tiga hal itulah yang harus dicapai oleh para siswa SMA Muhammadiyah 9 Brondong, Lamongan, dalam ujian praktik membatik.
Seperti yang disampaikan oleh guru Seni SMAM 9 Brondong Habibur Rohman atau yang biasa dipanggil Habib. Menurutnya, ujian praktik ini untuk menanamkan cinta budaya lokal dan Muhammadiyah.
“Saya mensyaratkan agar siswa bisa berimprovisasi dengan memadukan unsur motif batik khas Lamongan dengan logo Muhammadiyah agar ada daya tarik tersendiri karena ini memang karya asli siswa Muhammadiyah,” ujarnya pada PWMU.CO, Sabtu (24/3/18).
Habib menjelaskan, untuk menyelesaikan karya batik itu, siswa dibagi per kelompok dan diberi waktu 1-2 bulan, dimulai tanggal 14 Februari 2018.
Karya batik yang dihasilkan beraneka macam, seperti motif lele atau ikan bandeng, yang kemudian dipadukan dengan logo Muhammadiyah.
Khofifah Septi, salah satu siswa, mengaku jika hal tersulit adalah proses menyanting. “Saat menyanting yang paling butuh kesabaran. Karena di situ kita harus teliti, lalu harus memastikan apakah panas dari lilin sudah pas ataukah belum sebelum dituliskan ke kain mori,” jelas siswi kelas XII IPA-2 tersebut.
Meskipun menyanting dianggap menjadi hal yang paling sulit, tetapi ia mengaku jika membatik itu adalah kegiatan yang mengasyikkan.
Habib juga berharap dengan adanya tugas membatik tersebut kemampuan siswa terasah. “Ini juga untuk menambah rasa cinta mereka terhadap budaya lokal berupa batik,” ungkapnya. (Novi Indriani)