PWMU.CO – Tepat akhir bulan Maret 2018 lalu, tanggal 31, Muhammadiyah kehilangan salah satu tokoh “pembabat alas” dakwah di kawasan perbatasan. Adalah H A.R Moeslim, yang wafat saat dirawat di RSUD Syaiful Anwar Malang. Mengenang tokoh yang juga ayahanda dari politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Malang, Ahmad Azhar Muslim itu, berikut PWMU.CO menurunkan tentang kiprahnya di Muhammadiyah. Catatan ini dinukil dari buku “Mengarungi Jeram di Benua Etam”, karya Muhammad Haiban.
***
Muhammadiyah Nunukan merupakan daerah perbatasan antar negara, yakni dengan Malaysia dan sebelah timur Philipina. Nunukan menjadi daerah transit bagi tenaga kerja Indonesia yang akan keluar negeri khususnya ke Sabah Malaysia. Kabupaten ini juga merupakan salah satu Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Bulungan yang sebelumnya berstatus Kecamatan.
Keberadaan Muhammadiyah Nunukan tergolong muda dibandingkan daerah lainnya. Tokoh Pendiri Muhammadiyah Nunukan adalah Ustadz H. AR. Moeslim dari Sulawesi Selatan. Beliau merantau ke Nunukan sambil berdagang sambil membawa misi dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar.
Mula-mula H. AR. Moeslim berdakwah disekitar tempat tinggal, yakni di Pasar Baru Nunukan, ditengah-tengah komunitas yang pada waktu itu marak perjudian. Karena kegigihan, keuletan dan kesabaran beliau dalam dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar, lambat laun mendapat dukungan dari umat Islam terutama dari sanak famili beliau, sehingga berhasil membangun “Masjid Fastabiqul Khairaat” sebagai pusat dakwah Muhammadiyah Nunukan.
Menurut H. AR. Moeslim ketika hendak mendirikan masjid tersebut ada tantangan provokatif “di tempat maksiat koq dibangun masjid”. Beliau tidak terpengaruh oleh provokasi tersebut dan tetap meneruskan pembangunan masjid hingga bisa dipakai untuk sholat jama’ah. Dengan adanya masjid yang dibangunannya, disertai dengan kegigihan berdakwah, beliau berhasil pula membersihkan perjudian disekitar masjid tersebut.
Pada tahun 1995 H. AR. Moeslim mendirikan Cabang Muhammadiyah Nunukan, dan beliau sebagai ketua Pimpinan Cabang. Dibentuknya Pimpinan Cabang Muhammadiyah Nunukan disahkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Timur nomor 464/SK.PWM/I.A/1b/15-95 tertanggal 29 Dzulqo’dah 1415 H. bertepatan dengan 29 April 1995 M.
Muhammadiyah Nunukan terus menggeliat setelah datang kader potensial lulusan pondok pesantren Nuriah Shobron Surakarta bernama Harun Zain, S.Ag. Dengan kehadiran kader muda potensial, H. AR. Moeslim mendapat partner dakwah. Muhammadiyah Nunukan terus berkembang, dalam jangka waktu kurang lebih lima tahun sudah menjadi 3 Cabang, yakni Nunukan, kemudian Cabang Sedadap tahun 2001 dan Cabang Sebatik tahun 2001.
Pada tahun 2003 berdiri Pimpinan Daerah Muhammadiyah Nunukan berkedudukan di Nunukan, disahkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 24/KEP/I.0/B/2003 tertanggal 12 Shafar 1424 H. bertepatan dengan 14 April 2003 ditandatangani oleh Prof Ahmad Syafii Ma’arif (Ketua) dan Haedar Nasir MSi (Sekretaris). Kemudian pada tahun 2004 bertambah satu Cabang Muhammadiyah lagi, yakni Cabang Liang Bunyu Sebatik sehingga menjadi 4 Cabang.
Saat ini Pimpinan Daerah Muhammadiyah Nunukan telah memiliki beberapa amal usaha yakni 3 Sekolah Dasar, ada 1 Sekolah Lanjutan Pertama (SMP), ada 1 Panti Asuhan, ada 5 buah Masjid yang representatif untuk amal kegiatan Muhammadiyah dengan organisasi otonomnya dan pengajian rutin yang diasuh oleh para tokoh Muhammadiyah. (***)