PWMU.CO-Garnetta Liya tidak pernah menyangka. Kegemarannya melahap habis novel karya Tere Liye berhasil melambungkan namanya. Siswi kelas 8 H SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi) tersebut dinobatkan sebagai pemenang Musasi Writing Challenge 2018, lomba menulis puisi yang digelar Perpustakaan SMP Musasi pada Sabtu (24/3/2018).
Pengumuman pemenang lomba via poster yang ditempel di mading Perpustakaan pada Senin (3/4/2018),membuat terkejut alumni SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Muhida) tersebut. Maklum, gadis berjilbab ini mengaku tidak begitu menyukai puisi, juga tidak begitu serius mengikuti lomba tersebut. “Kaget juga, padahal selama ini nggak terlalu tertarik puisi,” aku Garnetta.
Ketidaksangkaan siswa yang sudah keranjingan membaca sejak SD itu dikarenakan genre tulisan yang disukainya dari awal adalah menulis cerpen. Menurut siswa yang juga anggota Jurnalis Majalah Sekolah itu, ihwal keikutsertaannya dalam lomba menulis puisi karena keterpaksaan. Salah satu kawannya di kelas lain memaksa dirinya untuk ikut berpartisipasi. “Diiming-imingi traktiran mie ayam gratis di kantin,” ungkapnya menceritakan alasan ikut.
Tidak sia-sia juga usaha kawannya tersebut. Karya puisi Garnetta akhirnya dinyatakan sebagai pemenang setelah dilakukan seleksi dan penyaringan ketat, mengalahkan karya-karya lainnya. Pada lomba tersebut, Garnetta menulis puisi dengan judul Ephemeral. Karya yang dibuat hanya mengandalkan dari kegemarannya membaca novel karya Tere Liye itu akhirnya berhasil menang.
Garnetta mengungkapkan, judul puisinya tersebut terinspirasi dari kosa kata dalam kamus bahasa Inggris yang dibaca. “Saat buka-buka kamus, ternyata menemukan kata itu, akhirnya dipakai judul,” ungkap siswa yang tinggal di Sukodono-Sidoarjo itu.
Makna dari judul puisi itu, menurut Garnetta, tentang ketidak-kekalan. “Kehidupan dunia yang fana, nggak abadi, dan tidak kekal itu yang saya ungkapkan dalam puisi,” jelasnya.
Selain Garnetta, dalam lomba menulis puisi itu melahirkan dua pemenang lainnya. Saskia Delaneira dengan puisinya berjudul Membentuk Galaksi dan Ainaya Siskirana dengan judul Bukti.
Selain mendapatkan sertifikat dan buku, ketiga pemenang tersebut rencananya didaulat untuk membaca puisi karya mereka.
Kepala Perpustakaan SMP Musasi Dra. Lailiyatul Cholisho MM berharap, lomba tersebut tidak lantas membuat para pemenang cepat berpuas diri. Menurut Lailiyatul, masih banyak lagi lomba menulis lain yang akan diadakan. “Kita masukkan tiap 6 bulan sekali, lomba menulis puisi dan cerpen dalam program literasi perpustakaan,” jelas guru bahasa Indonesia yang juga Sekretaris Lembaga Kebudayaan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim itu. (Das)