PWMU.CO-Semua ruang kelas V program reguler MI Muhammadiyah 1 Pare terlihat lain dari biasanya. Kardus-kardus berukuran tanggung tampak berjajar di sudut belakang kelas VA, VB, VC, dan VD.
Kardus itu berisi stik kayu dan lem yang merupakan bahan utama membuat perahu layar. Siswa kelas V di sekolah tersebut mendapat tugas dari guru ketrampilan untuk merangkai stik kayu menjadi perahu layar.
Baca Juga: Kalahkan Siswa SMA, Siswa MIM 1 Pare Juara I Robot Internasional
Mereka nampak antusias dan tidak sabar untuk segera menyelesaikan hasil karyanya. Apabila tiba waktu jam pelajaran ketrampilan, tidak perlu menunggu instruksi dari guru. Spontan mereka mengambil posisi di lantai dan menggelar stik kayu, lem, gunting, dan cutter.
Jari-jemari mereka segera bergerak, menata dan mengelem stik-stik kayu tersebut menjadi rangkaian kerangka disusun menjadi sebuah kapal layar. Bahkan setiap hari pada jam istirahat, mereka lebih asyik berkarya daripada berlarian di halaman seperti sebelumnya.
”Dalam pengerjaan ketrampilan ini, yang dinilai adalah kesiapan membawa bahan dan ketekunan dalam pengerjaan atau proses pembuatannya, serta keseriusan menyelesaikan prakarya ini. Mengingat dari proses awal hingga jadi bentuk kapal layar butuh ketekunan dan waktu yang tidak singkat,” tutur Uid Shobirin, guru ketrampilan kelas V.
Dia menambahkan, proses pengerjaan ketrampilan menunjukkan kemampuan anak beragam. Ada anak-anak yang lebih cepat prosesnya tapi banyak kesalahan, ada pula anak yang lambat tapi tepat sehingga sedikit kesalahan.
Beberapa anak laki-laki terlihat bersemangat menyelesaikan tugasnya. Seperti Zidan dan Fawas yang sering mendatangi gurunya untuk bertanya. ”Pak Uid, setelah ini selesai terus diapakan lagi?”.
Sementara beberapa anak perempuan terdengar lebih banyak mengeluh. ”Aduh, tanganku kena lem lagi!,” teriak Diya.
”Iiih, susah sekali motongnya!,” gerutu Nawang. Sedangkan Efra nampak lemas. ”Aku sudah capek”. Walaupun demikian mereka tetap melanjutkan pekerjaannya.
Uid mengatakan, sebuah proses lebih berharga dari seratus kejadian yang kita hanya mampu melihatnya. Tangan kotor karena kena lem, luka kecil karena tergores, ataupun keluhan capai anak-anak, itu semua adalah proses belajar. Butuh dukungan dan kesungguhan. Mengerjakan prakarya seperti ini juga mengasyikan selain bermain game di android.
”Dengan tugas ini, anak-anak diharapkan akan lebih menghargai sebuah prakarya, karena merasakan secara langsung kesulitan-kesulitan dalam pengerjaannya.Sehingga mereka tidak tumbuh menjadi generasi instan, serba beli yang sudah jadi di toko,” pungkas Uid. (Erin)
Discussion about this post