PWMU.CO-Gebrakan dakwah yang dilakukan Takmir Masjid Al-Muhsinin Kampung Inggris Pare Kediri patut diacungi jempol dan ditiru. Takmir masjid ini bukan hanya gencar melakukan kegiatan pengajian, tetapi juga rajin bagi-bagi nasi pecel gratis kepada jamaah. Tak heran, bila masjid di Jln. Angrek Tulungrejo Pare Kediri ini selalu ramai, terutama di hari Selasa, Jum’at, dan Ahad.
“Setiap hari, terutama Selasa, Jumat, dan Ahad, mulai pukul 06.00-08.00 WIB, kami sediakan nasi pecel gratis dari warung nasi milik Antok, di depan masjid Al-Muhsinin,” kata Penasehat Takmir Masjid Al-Muhsinin Ir H Rohmadi MM, didampingi Nuk Muladi sesaat setelah shalat subuh berjamaah di masjid jl anggrek Tulungrejo Pare Kediri, Selasa (24/4/2018).
Bagi Rohmadi, memberikan makan bagi orang lain merupakan bagian implementasi pemahaman lambang Muhammadiyah dalam bentuk perbuatan nyata. Karena, lanjut Rohmadi, makna filosofi lambang Muhammadiyah berbentuk matahari terkadung maksud selalu memberi, disuka atau sebaliknya, memberi kepada siapa saja tidak pandang suku, ras, agama ataupun antar golongan. “Matahari bisa menjadi energi positif bagi makhluk dan istiqomah menabur manfaat. Setiap hari tanpa disuruh makhluk, matahari memberi sebanyak-banyaknya bukan minta sebanyak-banyaknya,” jelas Rohmadi.
Jamaah yang datang ke masjid sangat bervariatif latar belakangannya. Ada yang berstatus pelajar, namun tidak sedikit dari masyarakat turut menikmati nasi pecel gratis khas kampung Inggris. Kegiatan dakwah bil hal ini, sebenarnya telah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu, dan Insya Allah akan terus dilaksanakan sepanjang manfaatnya bisa dirasakan masyarakat luas.
Menurut dia, bertambahnya pelajar dan mahasiswa yang datang silih berganti dari berbagai kota ke kampung Inggris bisa dimaknai sebagai sebuah peluang tersendiri. Kesempatan ini bisa jadi sarana untuk beramar makruf, menolong para pelajar yang sedang berjihad mencari ilmu bahasa di Pare. Pihaknya menyediakan makan gratis untuk mereka yang datang ke masjid. “Bahkan jika didahului dengan shalat berjamaah subuh, akan lebih melengkapi rasa syukur mereka kepada Allah SWT,” tutur dia.
Pria kelahiran Demak dan lebih suka dipanggil “Tukang Batu” ini berkisah, hidup di rantau memang dimungkinkan kehabisan perbekalan. Oleh karena itu, tambah dia, pihaknya berinisiatif menyenangkan orang banyak, dengan cara menyediakan makan gratis sebanyak 3 kali dalam sepekan. Harapannya bisa meringankan mereka yang membutuhkan.
Di tempat terpisah kontributor pwmu.co menyempatkan bertanya kepada seorang mahasiswi asal Makasar Heny Rosa Damayanti. Dan Heny pun mengaku senang dengan kegiatan bagi-bagi nasi pecel gratis yang dilakukan takmir masjid. “Wooh senang sekali, bisa feel happy,” aku Heny.
Kegiatan ini, kata dia, selain bisa jadi ajang silaturrahmi juga bisa sekaligus untuk hemat karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan. Uang saku dari ortu, tambah dia, bisa dipakai keperluan lain. “Misalnya untuk daftar di tempat kursus berikutnya yang memiliki teknik belajar berbeda dengan tempat awal kursus,” tutur Heny Rosa Damayanti dengan wajah sumringah.
Kegiatan bagi-bagi nasi pecel juga memberikan berkah tersendiri bagi pemilik warung, Antok. Menurut Antok, warungnya tambah ramai dan setiap hari warungnya menghabiskan bahan baku beras 4 kg. “Kalau tepat hari Selasa, Jumat, dan Ahad kadang kadang saya tambah 1 kg beras, yaa untuk persiapan dari pada mengecewakan pelanggan,” kata Antok.
Sedang untuk membedakan antara pembeli dengan pelanggan yang minta jatah gratis, lanjut dia, teknik pendistribusiannya gampang, tinggal menghitung tempe, dan diletakkan di atas nasi. Dan pesan dari takmir masjid, nasi jenis ini dilarang dibawa pulang, harus dimakan di sini. Tapi pada prinsipnya, dirinya bersyukur kepada Allah, sebab tiap hari Selasa, Jumat, dan Ahad ada berkah melimpah. “Sehingga warung kami laris manis, semoga semua pelanggan betah,” harap Antok. (Dahlansae Pare)