PWMU.CO – Instruktur Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) wajib memiliki sepuluh sifat utama agar mampu mengelola perkaderan dengan baik.Hal itu disampaikan Ketua Forum Keluarga Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur Suli Daim MM saat mengisi Latihan Instruktur Dasar (LID) Pimpinan Cabang (PC) IMM Surabaya di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jalan Wuni Surabaya, Rabu (2/5/2018).
Dia menerangkan hal pertama yang perlu dipahami adalah instruktur harus mampu menjadi uswah atau teladan utama bagi kadernya. “Instruktur dalam hidupnya itu ya harus senantiasa bisa menjadi uswah bagi kader. Jadi suri teladan yang baik,” katanya.
Kedua, kata dia, instruktur harus mampu menyampaikan pesan dengan jelas kepada audiennya alias komunikatif. Ketiga, instruktur harus memiliki kompetensi dalam penguasaan panggung maupun materi. “Jadi instruktur itu harus mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan teknologi informasi sebagai media pembelajaran yang bermanfaat,” tuturnya di hadapan puluhan peserta.
Keempat, lanjut Suli, instruktur harus memiliki confiden atau tingkat kepercayaan diri tinggi. Kelima harus kreatif. Keenam, harus kolaboratif atau gampang bekerja sama dengan orang lain. Ketujuh, bisa memberi rasa nyaman. Kedelapan, berani mengambil risiko. Kesembilan, care atau peduli dengan orang lain. Kesepuluh, cerdas.
“Nah, sepuluh sifat itu harus dimiliki oleh instruktur yang militan di generasi milenial atau generasi yang lahir setelah generasi X,” tegasnya.
Pria asal Lamongan ini menambahkan, selain sepuluh sifat itu seorang instruktur juga harus secara simultan melakukan proses penguatan ideologi keagamaannya. Terutama penguatan pemahaman tentang Tri Kompetinsi Dasar IMM.
Hal itu, menurut dia, penting untuk penguatan nilai ideologi sekaligus untuk mengontrol masuknya pengaruh negatif dari budaya milenial. “Itu sebagai fungsi kontrol diri agar budaya negatif generasi milinial tidak masuk seluruhnya,” paparnya.
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim tak lupa mengingatkan, instruktur IMM agar tidak menjadi trainer atau instruktur yang suka sesuatu instan. Lebih dari itu, instruktur harus mau berproses dengan melalui step by step perkaderan khusus. Baik itu LID, LIM maupun LIP.
“Supaya matang dan siap diterjunkan dimana pun, maka jadi intruktur itu jangan suka sesuatu instan,” pungkasnya. (Aan)