PWMU.CO-Muhammadiyah itu besar dan menyejarah, maka jagalah Persyarikatan ini dengan menjalankan khittah dari tingkat pusat sampai tingkat ranting dalam situasi apapun juga. Jangan korbankan hanya kepentingan politik sesaat menjelang pemilihan umum.
Hal itu disampaikan oleh Prof Abdul Malik Fadjar saat menjadi pemateri pada diskusi Kajian Ramadhan 1439 H di Dome Universitas Muhammadiyah Malang, Ahad (20/5/2018).
Dia mengatakan, menjelang Ramadhan suasana berbangsa dan bernegara di Indonesia terganggu dengan kejadian bom di Surabaya dan Sidoarjo. Pimpinan Muhammadiyah harus peka dengan keadaan seperti ini. “Kalau bergerak di atas khittah maka harus peka dan jangan dibiarkan saja. Jangan hanya tahu sepotong-potong kemudian larut dalam peristiwa,” tegas pria yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini.
Menurut Malik, ke depan ini banyak momen politik yang berlangsung. Juni 2018 ini pilkada serentak. Kemudian April 2019 pemilihan legislatif dan presiden. Tentu orang Muhammadiyah cukup biasa dengan situasi politik itu. Dia menegaskan, tetap pegang khittah, menjaga harmoni, ukhuwah dan etika gerakan Muhammadiyah dalam menjalankan dakwah.
“Jangan karena sesuatu yang sesaat lalu dalam Muhammadiyah terjadi perbedaan pendapat yang tak jelas arahnya,” harap mantan Mendiknas Kabinet Gotong Royong ini.
Dia menyatakan, Muhammadiyah selain terkenal sebagai organisasi juga terkenal dengan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Jaga dan pelihara AUM sebagai gerakan Muhammadiyah sehingga berkemajuan di tengah dinamika politik nasional.
Garis besarnya, katanya, bagi Muhammadiyah tidak ada kekhawatiran dalam ber-Muhammadiyah, karena secara konseptual punya segudang landasan. Jaga komunikasi yang lebih produktif antara pusat, wilayah dan daerah.
“Database dinamika politik perlu dimiliki oleh Muhammadiyah Jatim sebagai wilayah dengan kader yang cukup besar bisa merekam berbagai permasalahan politik yang ada,” pesan mantan Rektor UMM ini. (Sugiran)