PWMU.CO-Dalam istilah ekonomi, rebranding merupakan upaya yang dilakukan perusahaan untuk memperbarui brand agar menjadi lebih baik. Dalam konteks Muhammadiyah, rebranding dimaksudkan mendesain kembali gerakan dakwah agar mampu menghadapi perubahan dan diterima masyarakat.
Hal itu disampaikan Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nazaruddin Malik saat berbicara di Tadarus Pemikiran yang digelar di UMM, Rabu (23/5/2018).
”Apakah perlu menciptakan brand image baru bagi Muhammadiyah? Bukan seperti itu maknanya. Rebranding Muhammadiyah tidak mengubah tujuan awal melalui dakwah yang mencerahkan, tunjukkan wajah Islam yang toleran dan moderat. Jadi ketika berbicara strategi dakwah, sebenarnya Muhammadiyah tengah melakukan rebranding,” papar ahli akuntansi tersebut.
Urgensi rebranding ini, lanjut Nazar, bertujuan untuk men-setting dan me-redesign sehingga Muhammadiyah mampu berhadapan dengan cepatnya perubahan di berbagai bidang, baik dalam konteks internal maupun eksternal.
”Sebagai strategi, rebranding Muhammadiyah dimaksudkan sebagai spirit mendorong agar perubahan terjadi lebih cepat. Transfer value menjadi poin penting yang harus dimiliki seluruh jajaran,” tandasnya.
Dalam kacamata Nazar, melalui JIMM (Jaringan Intelektuan Muda Muhammadiyah) maka akan terjadi pergolakan pemikiran dalam arti yang positif. Terobosan inovatif untuk mencari solusi terbaik menuju Muhammadiyah yang berkemajuan. “Terutama oleh kader-kader muda Muhammadiyah. Diferensiasi mindset kader adalah hal yang mutlak dilakukan,” tegas Nazar.
Poin ini menjadi penting mengingat ranah pemikiran menjadi ranah yang dinilai teralienasi dibandingkan konsentrasi mengembangkan amal usaha Muhammadiyah (AUM). Pasalnya, Nazar menilai, akhir-akhir ini banyak kader yang diistilahkannya terlalu akuntansi, artinya hitunga-hitungan, dalam ber-Muhammadiyah.
“Ber-Muhammadiyah itu jangan terlalu hitung-hitungan. Itu ranahnya AUM. Ketika ada AUM yang mulai goyah, berarti itu tengah kehilangan spirit Muhammadiyah. Jadi, berMuhammadiyah itu jangan terlalu akuntansi,” tukas Nazar.
Dia menyatakan, menjadi PR besar bersama merumuskan strategi baru untuk menjelaskan ideologi Muhammadiyah yang dapat memecahkan aneka kebuntuan dalam berbangsa maupun dalam konteks dinamika masyarakat global. (Isna)