PWMU.CO-Seorang sahabat Nabi bernama Sakban memiliki kebiasaan unik. Ia selalu duduk di sudut sebelah kanan depan di dalam masjid Nabawi agar tidak mengganggu sahabat yang baru datang. Demikian ulasan awal Ustadz Fatoni mengawali ceramah tarawih di Masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo, selasa (22/5/2018).
Diceritakan Ustadz Fatoni, suatu hari saat sholat subuh, Sakban belum datang, sampai sholat subuh ditunda beberapa saat untuk menunggu Sakban. Tetapi yang ditunggu belum datang, padahal Sakban selalu mendahului jamaah lain dan tidak pernah terlambat sholat berjamaah. Akhirnya sholat subuh dilaksanakan karena menunggu Sakban tak juga datang. Selesai sholat subuh, lanjut Fatoni, Sakban ternyata masih juga belum datang. Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa yang tahu kondisi Sakban?” tanya Rosulullah.
Tidak ada satupun sahabat yang angkat tangan. Semua diam. Rosulullah bertanya lagi, “Siapa yang tahu rumah Sakban?” Seorang sahabat angkat tangan. Akhirnya Nabi minta diantar dan berangkat ke rumah Sakban.
Perjalanan dari Masjid Nabawi ke rumah Sakban cukup jauh, sekitar 3 jam. Sesampainya di rumah Sakban, Nabi mengetuk pintu, dan keluarlah istri Sakban. “Tadi pagi Sakban tidak sholat subuh, apa yang terjadi dengan Sakban?” tanya Nabi pada istri Salban.
Istri Sakban kemudian menjawab kalau suaminya telah meninggal dunia. “Tadi malam Sakban meninggal dunia ya Rasulullah,” jawab istri Sakban.
Rosulullah kemudian menanyakan istri Sakban mengenai wasiat suaminya sebelum meninggal dunia. “Apa wasiat Sakban kepada kami?” tanya Rosulullah.
Ditanya Rosulullah, istri Sakban menjawab kalau suaminya tidak memberikan wasiat apa-apa. “Tidak ada, ya Rasulullah, kecuali tiga kalimat. Aduh kenapa kok tidak lebih jauh. Aduh kenapa kok tidak yang baru. Aduh kenapa kok tidak semua,” kata istri Sakban.
Para sahabat yang ikut dalam rombongan Nabi tidak mengerti dengan kalimat Sakban sebelum meninggal tersebut. “Para sahabat, tahukah kalian apa yang dimaksud Sakban?” tanya Nabi pada sahabatnya.
Para sahabat menjawab, “Allahu warosuluhu aklam,” jawab para sahabat.
Rosulullah menjelaskan maksud dari perkataan Sakban. Pertama, aduh kenapa tidak lebih jauh?
Maksudnya ketika Sakban sakaratul maut, Allah Swt menyingkap pahala perjalanan Sakban dari rumah ke masjid. Begitu melihat banyaknya pahala perjalanan itu ia berseru, aduh kenapa tidak lebih jauh. Kedua, Sakban berseru aduh kenapa tidak yang baru? Maksudnya saat Sakban menuju ke masjid di musim dingin ia mengenakan baju baru bagus. Begitu keluar rumah ia kedinginan, karena itu ia mengambil baju jas itu. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan orang kedinginan maka bajunya diberikan kepada orang yang kedinginan itu, namun bukan yang baru. Begitu sakaratul maut, pahala memberikan baju itu disingkap, maka ia berseru, aduh mengapa kok bukan yang baru? Ketiga, Sakban teriak aduh kenapa tidak semua? Maksudnya waktu Sakban sarapan roti dicelupkan susu, tiba-tiba datang seorang pengemis meminta makanan itu, maka oleh Sakban diberikan separuh. Ketika disingkap pahala pemberian roti itu ia berteriak aduh kenapa kok tidak semua.
“Inilah suatu penyesalan yang dialami sahabat Sakban. Ia merasa semua amalnya kurang optimal. Sama panjenengan besok begitu diperlihatkan pahala sholat tarawih, panjenengan teriak, aduh kenapa kok tidak lebih lama? Aduh kenapa kok tidak sampai pukul dua belas malam,” terang Fatoni yang kesehariannya sebagai penghulu. “Sanggup nopo mboten sampe jam dua belas?” tanya Fatoni menantang disambut suara geer jamaah.
Oleh karena itu, lanjut dia, mumpung bulan Ramadhan mari kita optimalkan pelaksanaan ibadah kita, agar kita mendapatkan pahala yang maksimal. (R6)