PWMU.CO – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Drs Hajriyanto Y. Thohari MA mengatakan, sejak awal berdirinya Muhammadiyah lebih tampil sebagai gerakan amal atau filantropi par exellence.
Hal itu dia sampaikan dalam Pengajian Ramadhan IV 1439 H yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB di SMA Muhammadiyah 10 GKB, Gresik, Sabtu (25/6/18).
“Filantropi adalah bentuk rasa simpati dan kebaikan yang dipraktikkan secara sederhana, misalnya: kerja bakti, kerja sosial, gotong royong, berderma, penggalangan dana untuk keperluan kemanusiaan sampai bentuk keterlibatan intensif dan berkesinambungan dalam penyelenggaraan lembaga sosial dan kemanusiaan,” paparnya.
Menurut Pak Hajir—panggilan akrabnya—KH Ahmad Dahlan tidak begitu tertarik dengan polemik keagamaan, melainkan lebih cenderung pada kerja-kerja kemanusiaan, kedermawanan, cinta sesama, dan gandrung pada amal.
Mereka (KH Ahmad Dahlan dan pengikutnya), sambung Hajri, dikenal sebagai orang-orang yang pemurah, dermawan, dan suka menolong pada sesama. Bagi mereka Islam itu lebih mementingkan amal dari pada spekulasi-spekulasi teologis.
“Semangat filantropi itu kemudian diejawantahkan dalam pembangunan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) pada tahun 1920-an oleh KH Ahmad Dahlan, orang yang pertama kali memodernisasi manajemen dakwah dengan cara mendirikan PKO yang dibiayai oleh lembaga yang sekarang disebut dengan Lazismu,” jelasnya.
Dalam konteks lokal, Hajri menginginkan agar PCM GKB bisa merintis amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang baru dan membiayainya seperti yang dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan.
Ketika ditanya oleh Ustad Slamet Hariyadi SPdI—salah satu peserta—bagaimana membina warga miskin yang telah diberi bantuan kewirausahaan, namun kurang baik dalam memanfaatkan bantuan tersebut, Hajri memberikan tiga kunci.
“Ketika bergerak di bidang filantropi maka yang pertama, harus sabar dan tekun. Kedua, tidak mengharapkan ucapan terimakasih, dan terakhir tetap melakukan pengawasan,” ungkapnya.
Hajri mengaskan, kerja dakwah yang dilakoni harus berprinsip dari Muhammadiyah yang berasas agama Islam untuk kemanusiaan universal. (Lail)