PWMU.CO-“Mengawali ceramah tarawih ini saya ingin bertanya, apakah bapak ibu ada yang tidak ingin menikmati hidup?” tanya Ustadz Eko Hardiansyah MPsi dari atas mimbar di Masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo, Senin (28/5).
Para jamaah yang baru selesai shalat tarawih kaget mendapatkan pertanyaan mendadak itu. Mereka sontak menjawab, “Tidak ada.”
Ustadz Eko melanjutkan, manusia seharusnya menikmati hidup, menikmati segala kenikmatan yang diberikan Allah. “Ihdinas shirotol mustaqim. Ayat itu kita baca minimal 17 kali sehari semalam. Kalau ditambah tarawih berarti lebih dari 17 kali. Berarti kita berharap kenikmatan lebih banyak lagi dari Allah,” terang Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ini.
Kemudian dia mengupas ayat-ayat surat Al Fatihah. Shiratholladzina an’amta ‘alaihim, yaitu jalan orang-orang yang engkau beri nikmat. Kalau kita tidak bisa menikmati kehidupan, sungguh rugi menjadi orang muslim.
Ciri seorang muslim yang menikmati hidup, kata da, pertama, adalah selalu bahagia. Jauh dari ketidakbahagian. “Muslim yang mudah sedih, gampang kecewa, dan takut adalah pertanda memiliki masalah psikologi yang harus segera ditangani agar kembali pada kebahagiaan,” terang anggota Majelis Dikdasmen PWM Jatim ini.
Ciri kedua adalah tidak marah. “Hari ini sudah marah berapa kali bapak ibu?” tanya lulusan S1 dan S2 psikologi UMM.
Ayat berikutnya ghairil maghduubi alaihim, bukan jalan orang-orang yang engkau murkai. Mengapa tidak marah, karena dalam hadits disebutkan, laa taghdab walakal jannah. Janganlah kamu marah bagimu surga. Kalau sehari-hari diliputi marah berarti kita jauh dari nikmat.
Dia menjelaskan, kajian kesehatan menunjukkan, otak orang yang sedih dan marah menghasilkan hormon kortisol. Hormon ini bisa menstimulasi terjadinya penyakit diabetes dan darah tinggi yg akhirnya bisa menyebabkan stroke.
“Karena itu, orang yang bisa menikmati hidup adalah orang yang bisa mengendalikan amarahnya,” tegas pria kelahiran Bangkalan.
Kupasan berikutnya ayat waladdlooliin, bukan jalan orang yang sesat. Siapa orang yang sesat? Yaitu mereka yang tidak punya ilmu, tidak punya semangat belajar. “Semangat ini akan membawa seorang muslim menjadi progresif. Hari ini lebih baik dari kemarin, besok lebih baik dari hari ini,” katanya.
Namun, sambung dia, mengacu pada Al Fatihah, kenikmatan manusia sebenarnya hanya impact atau dampak. Bisa menikmati hidup tidak bisa dikontrol manusia secara langsung. Harus melalui variabel mediator yaitu petunjuk Allah ke jalan lurus, hidayah Allah. Ihdinasshirotol mustaqim diletakkan pada ayat ke enam. Ini berarti bahwa petunjuk Allah adalah output psikologi manusia agar memperoleh dampak kebahagiaan.
Dalam tafsir Al Azhar, kata dia, Buya Hamka menunjukkan, Al Fatihah adalah surat pertama yang turun lengkap dengan tujuh ayat menjelaskan bahwa untuk memahami makna Al Fatihah tidak bisa dilakukan secara terpisah.
Dengan demikian, bagaimana caranya memperoleh output ini, jawabannya adalah dengan melakukan proses yaitu dengan bertindak (ibadah) dan komunikasi (doa). Baik dalam konteks hablum minallah maupun hablum minannas. “Karena itu, jika ingin bahagia, bertindaklah dan berkomunikasilah. Bahagia tidak bisa dengan berdiam diri,” ungkap bapak dari tiga putri ini bersemangat.
Maliki yaumiddin, dia menjelaskan, yang menguasai akibat. Allah yang menguasai waktu. Semua yang kita perbuat pasti akan dibalas oleh Allah, baik itu yang baik maupun buruk. Jika kita berniat berbuat buruk, tidak akan dicatat sampai keburukan itu dilaksanakan. Dan Allah hanya akan membalas sesuai dengan keburukan yang dikerjakan.
Namun jika kita mengerjakan perbuatan baik, baru niat saja sudah dapat satu kebaikan, bahkan jika dikerjakan balasannya akan berlipat-lipat. ”Lantas, apa yang membuat kita tidak semangat untuk menjadi lebih baik,” tuturnya.
“Aspek input, proses, output, dan impact dalam Al Fatihah inilah yang saya sebut dengan sistem psikologi Al Fatihah. Sebuah konsep psikologi untuk mendapatkan kenikmatan hidup yang sebenarnya. Semoga dengan memahami dan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari akan menjadikan kita insan yang bahagia, sabar, dan penuh semangat dalam hidup. Aamiin,” pungkas pria yang akrab dipanggil Pak Ancah. (Ernam)