PWMU.CO-Menyebar kebaikan Islam tidak hanya di atas mimbar. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti memupuk jiwa berbagi, filantropi, untuk sesama.
Itu yang dilakukan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Jati Sidoarjo dengan menggelar dakwah filantropi bertema Jalin Kebersamaan dengan Masyarakat Jati, Ahad (3/6/2018).
Kegiatan yang berlangsung tiap tahun itu kali ini bertempat di Perumahan Pondok Jati blok U-24, tepatnya di rumah Wachid, penasihat PRM Jati.
Sebanyak seratus warga dhuafa dan anak yatim yang berada di sekitar ranting Jati diundang dalam kegiatan tersebut. Eddy Oentong, ketua PRM Jati mengatakan, jika kegiatan tersebut terlaksana berkat solidaritas para donatur yang merupakan anggota jamaah ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah Jati.
Berkat kesolidan dan jiwa militansi para jamaah, acara tersebut dapat digelar tiap tahun. “Alhamdulillah, tiap tahun partisipasi para donatur bertambah,” ujar Eddy.
Acara yang berlangsung bakda Asar hingga menjelang berbuka itu tidak hanya pemberian tali asih, para undangan juga diajak mendengarkan tausyiah dari Ustadz Daud Ismail.
Dalam ceramahnya, Daud menyampaikan, empat tahapan derajat ketakwaan orang beriman. Pertama, kata Daud, adalah mualaf. Orang yang baru mengenal Islam.
Kedua, menurutnya, adalah muslim, yakni orang yang sudah baik pengamalan rukun Islamnya. “Ketiga dan keempat adalah mukmin dan muttaqin,” ujar ustadz yang biasa membimbing haji dan umroh salah satu KBIH itu.
“Apa perbedaan mukmin dan muttaqin?” tanya Daud. Mukmin, lanjut Daud, adalah mereka yang rukun Islamnya baik dan punya kepedulian dengan orang lain. Sedang muttaqin nilai tambahnya ada pada kepedulian membela agama Allah.
“Jika merasa geram ketika agama Islam dihina, berarti ada bibit muttaqin pada diri kita,” tegasnya. Dia lmenambahkan, jika maju tidaknya Islam di lingkungan sekitar bergantung kepedulian individu masing-masing.
Bagaimana ciri orang muttaqin? Daud lalu merujuk surat Ali Imron ayat 133-135. Ciri yang disebutkan itu di antaranya yang pertama, orang-orang yang mau menginfakkan hartanya baik keadaan lapang dan sempit.
Kedua, kata dia, menahan marah. Kemudian yang ketiga, besar maafnya pada orang lain. Jika ada salah pada orang lain tidak sampai berlarut-larut.
Daud kemudian mengingatkan, jika hari ini banyak yang puasa perut tapi tidak puasa mulut. “Banyak juga puasa mulut tapi tidak puasa hati,” ungkapnya.
Dia lalu menyebut, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. “Apa indikatornya, mudah saja, suruh orang untuk melihat jithoknya sendiri, pasti tidak bisa,” katanya disambut senyum para undangan.
Karena itu, lanjut Daud, penting untuk meraih keberkahan Ramadhan, salah satunya dengan memberikan tali asih. “Berbagi itu tidak ada ruginya. Lihat Quran surat Al Lail ayat 5-10,” ungkapnya.
“Apa isinya?” ujarnya. Barangsiapa yang suka berbagi, kata Daud, pada saudaranya dan orang yang bertakwa dan meyakini mendapat pahala surga maka Allah akan memudahkan jalan hidupnya, termasuk kemudahan dalam mencari rezeki.
“Allah juga akan menggampangkan hisabnya di akhirat bagi mereka yang suka berbagi,” pungkas Daud. (Das)