PWMU.CO – Muhammadiyah merupakan organisasi yang sangat terbuka bagi siapa pun untuk ikut bargabung. Keterbukaan ini terkadanng begitu “longgar” sehingga siapa saja bisa masuk Muhammadiyah. Bahkan ada pula yang membawa fahamnya. Padahal masuk Muhammadiyah berarti harus taat pada aturan dan faham Muhammadiyah. Jika tidak, sebaiknya minggir saja.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Nadjib Hamid MSi dalam Baitul Arqam untuk guru dan karyawan Muhammadiyah se-Cabang Lamongan, (4/6). “Orang yang sudah masuk Muhammadiyah, meski sebelumnya punya faham yang berbeda, tapi setelah di Muhammadiyah harus mau dan nurut aturan Muhammadiyah. Kalau tidak mau, ya minggir saja,” jelasnya di depan 250-an peserta yang berasal dari guru dan karyawan Perguruan Muhammadiyah terdiri dari SDLB, SD, MTs, SMP, SMA, SMK, dan MA.
Terlebih dengan amal usahanya yang lebih terbuka, membuat Muhammadiyah juga mudah “dimasuki” pihak lain. Siapapun, bahkan di Indonesia Timur rerata bukan Muslim, bisa bersekolah dan kuliah di sekolah maupun perguruan tinggi Muhammadiyah.
“Keterbukaan ini yang sekarang membuat Muhammadiyah disangkutpautkan dengan kasus terorisme yang terjadi akhir-akhir ini. Hanya karena “pelakunya” pernah bersekolah di Muhammadiyah,” jelas Nadjib sambil menyatakan bahwa siapa saja bisa menuntut ilmu di sekolah Muhammadiyah.
Karena itu, khusus kepada aktivis Muhammadiyah yang menjadi peserta Baitul Arqam itu, Nadjib meminta agar berpikir cerdas dan luas tentang ajaran Islam. Sehingga dengan begitu, Islam “Muhammadiyah” akan semakin mudah diterima di masyarakat.
Di kesempatan yang berbeda, Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PWM Jatim, Nugraha Hadi Kusuma memaparkan bagaimana agar Guru dan Karyawan Muhammadiyah ikut serta dalam pengembangan Ranting.
“Jangan sampai menjadi guru dan karyawan di Muhammadiyah itu enggan kalau diajak aktif kegiatan di Muhammadiyah,” tegasnya. Dia juga mengharapkan agar para guru ikut berusaha agar sekolah Muhammadiyah selalu menjadi rujukan dan pilihan bagi wali murid untuk menyekolahkan anaknya.
Pada kesempatan itu pula, Ketua Majelis Pendidikan Kader PDM Kabupaten Lamongan, Fathur Rahim Syuhadi, selain penguatan keislaman, Ramadhan tahun 2018 ini punya sejarah tersendiri. “Dalam Kegiatan Baitul Arqam ini tidak luput juga diadakan sosialisasi pencalonan Nadjib Hamid sebagai satu satunya calon DPD Ri dari Jawa Timur yang direkomendasikan Muhammadiyah.”
“Majunya Nadjib Hamid merupakan amanat persyarikatan. Oleh karena itu wajib didukung sepenuhnya. Untuk itu sosialisasi perlu dilakukan secara terus-menerus,” jelas Fathur Rahim.
Muhammadiyah Jawa Timur telah dua kali dalam pemilu dengan menunjuk dua kader terbaiknya, tapi belum berhasil. Pemilu 2004 mencalonkan Nidzom Hidayatullah dan pemilu 2009 mencalonkan Tamhid Masyhudi. “Kegagalan yang kedua kalinya ini harus ditebus dengan kemenangan wakil Muhammadiyah Jawa Timur,” tegas pria yang juga aktif di kepanduan Hizbul Wathan itu. (imam)