PWMU.CO-Reuni akbar kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Adolesensi Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (FPP UMM), Ahad (10/6/2018), menjadi momen yang sangat berkesan.
Reuni ini pertama kali digelar. Ajang pertemuan tersebut tentu saja menjadi momentum mengenang kembali masa-masa perjuangan selama berproses di IMM. Baik saat masih berdiri dengan nama Komisariat Fapetrik dan Komisariat Pertanian. Maupun saat sudah melebur menjadi Komisariat Adolesensi pada 2009.
Laiknya sebuah pertemuan kembali, para alumni pun berkisah tentang proses mereka ditempa sebagai kader maupun menjadi pimpinan. Kisah-kisah ini tentu menjadi motivasi dan spirit perjuangan tersendiri bagi kader yang masih berproses di komisariat maupun korkom dan cabang.
Bertempat di Rumah Makan Jenar, Dau, Kabupaten Malang, sebanyak 75 kader dari angkatan 1989 hingga 2017 hadir pada reuni akbar tersebut. Mereka hadir dari berbagai kota, di antaranya Batu, Madiun, Bojonegoro, Jombang, Gresik, Mojokerto, hingga Bali.
Ketua panitia yang juga Ketua Bidang Kader Pimpinan Cabang IMM Malang Raya Mohali Junaedi menyebut, antusias kader IMM Adolesensi sangat tinggi. Bahkan, anggota keluarga pun turut diajak hadir dalam reuni ini.
“Antusias kader sangat tinggi, sampai mengajak keluarganya untuk diperkenalkan dengan teman seperjuangan di komisariat. Ini masih banyak alumni yang belum bisa datang karena kesibukan dan waktu yang berdekatan dengan Idul Fitri. Insya Allah bisa berjumpa di reuni selanjutnya,” ujar Mohali.
Berjalan khidmat, persiapan reuni akbar ini terbilang singkat. Hanya 10 hari. Ide diadakannya reuni akbar datang dari Zaki, kader angkatan 2010 yang merupakan generasi pertama Adolesensi. Tak sendirian, Zaki dibantu oleh Didik Apriliyanto, angkatan 2011 yang menjabat sebagai sekbid Hikmah PC IMM Malang Raya Periode 2016/2017 dan beberapa Pimpinan Harian Komisariat Adolesensi.
Hadir dalam kegiatan tersebut alumni komisariat Adolesensi yang kini telah sukses di berbagai bidang. Ada Shiddiq Notonegoro yang kini menjabat sebagai ketua KPU Gresik. Ada lagi Nurkhozin Azis yang menjadi pengusaha susu ternak. Lalu Khotib sebagai Pemuda Muhammadiyah Gresik, dan Ramliyanto yang baru saja dilantik sebagai sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Timur.
“Reuni Akbar ini adalah pintu awal untuk mempererat tali persaudaraan dan komunikasi antar alumni sekaligus kader. Pimpinan Harian harus mampu mewadahi kegiatan semacam ini dan kalau bisa diagendakan berkala agar hubungan emosional antara alumni dan kader tetap terjaga,” ungkap Shiddiq.
Ungkapan itu didukung Ramliyanto yang menyebut reuni sebagai bagian dari penguatan jaringan. “Salah satu kedahsyatan berorganisasi adalah jejaring, networking, atau dalam bahasa Islam adalah the power of silaturrahim,” tutur Ramliyanto.
Kader-kader yang disebutnya sudah termasuk zaman old, bukan waktunya untuk dimintai pendapat. “Tapi kami sudah waktunya dimintai pendapatan,” ujarnya disambut gelak tawa dan tepuk tangan seluruh kader dan alumni yang hadir.
Di akhir acara, panitia mengadakan sesi deklarasi Forum Komunikasi Alumni (Fokal) Adolesensi untuk melakukan reorganisasi. Fokal yang sebelumnya dikoordinatori oleh Khozin dinilai belum rapi secara struktural dan program.
“Harapannya Fokal mampu membentuk struktural agar komunikasi dan sinergitas antar kader dan alumni bisa lebih massif,” harap Dedik Hariyanto, ketua umum IMM Cabang Jombang periode 2016/2017 dalam sambutannya.
Komunikasi menjadi hal mutlak yang harus dibangun mengingat tantangan perjuangan IMM yang sudah berbeda di zaman millenial. IMM harus punya strategi yang lebih hebat untuk tetap bisa menjaga ghirah perjuangan dan spirit berdakwah. (ded, isna)