PWMU.CO – Darurat tanggap bencana banjir lumpur di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi berakhir hari ini, Jumat (29/6/2018). Hal ini disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Banyuwangi Diah Eko Herliani di sela aktivitasnya menjadi relawan bencana banjir lumpur.
“Pemerintah Kabupaten sudah mengumumkan bahwa besok lokasi harus bersih dari relawan. Karena program darurat tanggap bencana hanya satu minggu,” tuturnya.
Diah, panggilan akrabnya, menjelaskan Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) sudah aktif terlibat dalam pemulihan bencana mulai hari pertama.
“Jumat sore tanggal 23 Juni itu kita sudah ke lokasi. Bersinergi dengan Lazismu dan PCM Singojuruh, juga dengan MDMC, kami atur sistem shift. Semua kader Nasyiah dari Cabang-Cabang se-Kabupaten Banyuwangi bergantian berdatangan,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi rumah sebagian warga yang masih berlumpur ini membutuhkan bantuan relawan untuk membersihkannya.
“Pengalaman kita itu untuk mengeluarkan lumpur dari satu rumah saja, ndak cukup tiga hari. Kami berharap Pemkab bisa memperpanjang masa darurat tanggap bencana agar relawan Muhammadiyah ini bisa terjun besok hingga tuntas,” harapnya.
Pernyataan itu dikuatkan Koordinator Palang Merah Indonesia (PMI) Jember Yoni Setiawan.
“Kami bersembilan sejak Senin tanggal 25 Juni kemarin sudah di sini. Sumur warga ini banyak yang mampet, mbak. WC juga harus disemprot air. Masih dua mingguan ini belum tentu tuntas,” ungkapnya sembari menunjukkan salah satu sumur di dalam rumah warga.
Dia melanjutkan, masa darurat tanggap bencana hendaknya diperpanjang Bupati sembari Pemkab melakukan perbaikan infrastruktur desa.
“Ini kalau nggak diperpanjang, yang dinas-dinas nggak akan bisa masuk. PMI, Dinas Kesehatan, Puskesmas, BPBD, dan lainnya tidak akan berani memberi bantuan,” jelasnya.
Senada dengan itu, Koordinator Formula 1 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banyuwangi Ahmad Sayuri membenarkan aturan Pemkab Banyuwangi terkait jangka waktu darurat tanggap bencana.
“Warga masih butuh banyak relawan untuk membantu mengeluarkan endapan lumpur yang cukup tinggi di samping kiri kanan rumahnya. Mobil atau kendaraan berat Pemkab tidak akan bisa masuk ke kampung-kampung kecil ini. Butuh manual tenaga relawan. Belum lagi mencuci perkakas rumah seperti kursi, almari, dan sebagainya hanya bisa dilakukan dengan tenaga manusia,” tegasnya. (ria eka lestari)