![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2018/06/29-prof-adya.jpg?resize=960%2C1280&ssl=1)
PWMU.CO-Ketua Umum Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Ampang Malaysia Prof. Madya Dr. Sonny Zulhuda terus melakukan roadshow ke sejumlah daerah di tanah air. Kali ini giliran dilakukan dengan mendatangi kegiatan halal bi halal yang digelar Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sumuran, Kamis (28/06/2018).
Kegiatan yang diadakan dengan mengangkat tema: Gerakan Dakwah Pencerahan Menuju Masyarakat Berkemajuan dihadiri sejumlah tokoh dan warga Muhammadiyah. Mereka terlihat senang menyaksikan kehadiran tokoh Muhammadiyah dari negeri Jiran Malaysia tersebut di tengah-tengah mereka. Apalagi, guru besar perguruan tinggi Malaysia sendiri juga bisa langsung membaur dengan masyarakat setempat. Tak hanya itu, Sonny didaulat memberikan tausiyah di acara tersebut juga memberikan banyak pesan dan nasihat untuk warga yang hadir.
Sonny banyak menyampaikan pesan dan nasihat soal kiprah Muhammadiyah. Menurut dia, Muhammadiyah mulai berdirinya sampai saat ini terus maju dan maju. Dirinya yakin dalam usia 100 tahun, Muhammadiyah pasti mengalami kemajuan luar biasa. “Muhammadiyah memerangi kebodohan dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk membuat generasi muda menjadi pintar, sehingga bila ada gunung meletus tidak disangka aneh-aneh,” tutur dia.
Begitu juga, lanjut dia, bila berangkat ke laut kemudian tidak mendapat ikan, juga tidak muncul pikiran macam-macam, pikiran aneh-aneh yang dikait-kaitkan dengan hal-hal berbau tahayul. Tanah tidak subur juga bisa dianalisa dan tidak dikaitkan dengan hal aneh-aneh berbau tahayul. “Maka dengan berpendidikan semua terjawab bahwa fenomena alamiah yang membuat gunung meletus, tanah tak subur adalah kurang pupuk,” tutur dia.
Pola pikir demikian, lanjut dia, bisa dikembangkan dalam hal kerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) misalnya. Artinya, jelas dia, menjadi TKI bukan hanya sekadar mencari kerja semata di negeri orang, tetapi lebih dari itu. Paling tidak, kata dia, ketika memutuskan untuk menjadi TKI adalah TKI yang berkemajuan dengan sejumlah komponen tentunya. “Sehingga, kerja sebagai TKI bernilai dunia dan akhirat,” ucap dia.
Itu, tambah dia, yang akan menjadi ciri khas sekaligus yang akan membedakan antara TKI biasa dengan TKI berkemajuan. Di antara komponen TKI berkemajuan yang bisa ditanamkan adalah niat jihad fi sabililah, imbang antara ibadah dan kerja, imbang keshalehan individu dan keshalehan sosial, dan berwawasan ilmu.
“Komponen ini bukan hanya untuk TKI saja melainkan bisa dipraktikkan warga Muhammadiyah pada bidan lainnya,” pesan dia.
Sementara itu, istri Sonny yang juga Pimpinan Aisyiyah Cabang Istimewa Malaysia, Nita Masyita menambahkan bahwa Aisyiyah di Ampang memiliki satu PAUD, dua TPA, dan rutin mengadakan pelatihan-pelatihan. “Di antara pelatihan yang diadakan adalah terkait bagamana mengelolah keuangan keluarga karena sesungguhnya istri adalah menteri keuangan dalam keluarganya sendiri, pelatihan bekam, dan akunpuntur,” tutur Nita. (Erly Juliyani.SE,MM)
![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2018/06/29-Nita-Masyita.jpg?resize=960%2C1280&ssl=1)