PWMU.CO. Kehadiran Buya Syafi’i Ma’arif menyita perhatian peserta Tanwir I Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bertempat di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Yogyakarta, Kamis (28/6/2018). Acara pra Tanwir I ini dikemas dalam sarasehan antar pemerhati penggiat dan pelaksana aktivis Hizbul Wathan.
Dalam uraiannya, Buya Syafi’i menyampaikan, Indonesia belum berusia 100 tahun, belum mampu menunjukkan sebagai negara yang berkeadilan yang menjunjung supremasi hukum.
”Suka tidak suka penjajah Belanda telah melahirkan persatuan bangsa Indonesia, walaupun awalnya dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu, akan tetapi berujung pada persatuan rakyat Indonesia hingga merdeka,” kata Buya. ”Tapi sampai detik ini Indonesia belum berhasil membangun negaranya,” tegas mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini.
Buya mengatakan, bagaimana peran Hizbul Wathan dalam negara Indonesia adalah memberi keteladanan. ”Negara ini kering keteladanan, banyak perkataan tak sesuai dengan perbuatan, korupsi kolusi adalah contoh jelas di negara kita,” tandas dosen Universitas Negeri Yogyakarta ini.
Dia kemudian membaca janji dan undang-undang Hizbul Wathan yang berbunyi, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Buya menyerukan, nilai-nilai ini harus dibumikan melalui pendidikan non formal di Hizbul Wathan. Memberi teladan dengan selaras antara pikiran, perkataan, dan perbuatan yang suci.
”Sila kelima Pancasila masih menggantung di awang-awang. Negara kita harus merdeka sesungguhnya sudah tidak boleh lagi ada kemiskinan,” tandasnya. (Harun)