PWMU.CO – Kajian Senin Malam Selasa (SMS) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pare Kabupaten Kediri di Masjid At-Taubah Durenen, Pelem, (16/7) berjalan menarik. Selain membahas kata perkata dalam ayat al-Quran, pengasuh Tafsir, Syar’i Muzammil, juga menyelipkan berbagai kisah menggugah untuk melengkapi penjelasannya.
Seperti malam itu, Syar’i Muzammil membahas surat an-Naml ayat 74, yang artinya: sesungguhnya Rabmu benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan di dalam hati mereka dan apa yang mereka katakan.”Kata lain dari yang disembunyikan dalam hati itu adalah dibatin, dalam bahasa Jawanya,” terang Ketua PCM Pare 1990-1995 itu.
“Kita yakin dan mengimani Allah yang menciptakan batin. Tak heran ketika Idul Fitri, masyarakat Indonesia minta maaf lahir dan batin. Karena sesuatu yang terdapat dalam batin seseorang sulit untuk dideteksi. Sehingga maksud makna minta maaf lahir-batin adalah meminta maaf setulus dan seikhlas mungkin,” imbuh Syar’i.
Makhluk hidup, jelas Syar’i, bisa mendengar karena diberi telinga oleh Allah. Mereka bisa berjalan juga karena diberikan oleh Tuhan semesta alam. “Dan semua anggota badan yang tampak maupun yang tidak tampak secara lahir seperti batin itu semua yang menciptakan adalah Allah.”
Soal batin ini, Syar’i lantas menceritakan pengalaman mudanya pada tahun 1960-an saat berdebat dengan seorang komunis. “Sebut saja namanya Buda, ya. Dia tidak percaya bahwa yang menciptakan segala sesuatu adalah Allah Dzat yang Tunggal. Dalam debat itu, dia membangga-banggakan pola pikirnya yang cerdas apa yang dimiliki manusia,” cerita Syar’i.
“Contoh kecerdasan manusia itu adalah kemampuan membuat robot sebagai manusia tandingan karena dapat digerakkan oleh mesin,” cerita Syar’i tentang Buda. Namun ketika ditanya Syar’i, apakah orang komunis bisa membikin batin? “Maka Buda yang notabene orang komunis tersebut diam seribu bahasa. Tidak bisa menjawab sama sekali pertanyaan,” kata Syar’i sedikit berkisah.
Batin itu, lanjut Syar’i tidak bisa dibikin manusia karena hakikatnya ia selalu bergerak dinamis. “Walaupun manusia sedang diam, tidak berbicara, namun faktanya batinnya berkeliaran berkelana ke sana kemari.”
Contoh lainnya tentang batin ini juga bisa dilihat dari seorang Muslim saat membaca al-Quran. Ketika orang Islam membaca al-Quran dengan tartil dan penuh penghayatan, sesungguhnya dia sedang menuju alam yang diucapkan oleh mulutnya. “Dia menghayati kata perkata sehingga pada faktanya dia telah mendapat pelajaran dari al-Quran itu,” jelasnya tentang batin. (dahlansae)