PWMU.CO – Review keuangan merupakan budaya bangsa-bangsa berkemajuan sejak jaman baheula, khususnya yang terkait dengan organisasi layanan publik.
Bangsa Inggris Raya dan Amerika punya slogan trust but verify. Bangsa Jerman punya slogan Vertrauen ist gut Kontrolle ist besser. Dan Belanda punya slogan Vertrouwen maar controleren.
Inti dari slogan tersebut adalah ‘kepercayaan perlu pembuktian’. Dan bukti tersebut terlihat dengan kemajuan ekonomi bangsa-bangsa Inggris Raya, Amerika, Jerman, dan Belanda.
Review tata kelola keuangan Jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (JRSM/A) di Jawa Timur alhamdulillah telah menjadi budaya. Seperti yang berlangsung di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Jalan Kertomenanggal Surabaya, Selasa, (24/7/18).
Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PWM Jawa Timur menghadirkan beberapa rumah sakit (RS), di antaranya RS Muhammadiyah Lamongan dan RS Aisyiyah Siti Fatimah, Tulangan, Sidoarjo untuk melakukan review.
Kegiatan tersebut bukan yang pertama. Sebelumnya telah berlangsung acara serupa dengan menghadirkan kurang lebih 35 RS Muhammadiyah dan Aisyiyah seluruh Jawa Timur.
Kegiatan review menghadirkan pihak akuntan eksternal sebagai “wasit” yang menjembatani argumen-argumen MPKU PWM, MPKU Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), MPKU Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan jajaran direksi.
Dalam pertemuan kali ini hadir Ketua MPKU PWM Jatim dr. Sholihul Absor MKes. Ia didampingi dr M Anas SpOG—anggota Divisi Pembina dan Pengembangan RS/RSAB/RSIA MPKU PWM Jatim.
Pertemuan berlangsung hangat dan sejuk yang sangat dirasakan manfaatnya bagi berbagai pihak. Beberapa isu strategis yang dibicarakan adalah BPJS dan rumah sakit syariah.
Piutang BPJS yang cukup besar yang ditanggung sejumlah RS Muhammadiyah dan Aisyiyah—dengan lamanya proses verifikasi—menjadi perhatian serius agar tidak mengganggu operasional arus kas.
Alhamdulillah, isu ini senantiasa diperhatikan MPKU PWM Jatim dengan berkomunikasi dengan pihak BPJS Wilayah Jawa Timur. Soal rumah sakit syariah pun mendapatkan apresiasi positif karena sudah selaras dengan visi misi Persyarikatan.
Budaya tabayun semoga semakin mendekatkan amal usaha Muhammadiyah (AUM) kesehatan ke arah konsolidasi “sesungguhnya”.
Menyatukan aset, kewajiban, dan seluruh potensi lainnya dalam rangka menghadapi era industri kesehatan yang semakin liberal dengan ditandai meningkatnya arus modal swasta dan asing di sektor ini.
Semoga budaya tabayun keuangan dan tata kelola manajemen diikuti amal usaha lainnya demi menjadikan amal usaha lebih profesional menjadi penopang dakwah yang kuat. Bukan menjadi beban dakwah “hanya” karena enggan membangun budaya tabayun dan transparansi. (*)
Catatan oleh Prima Mari Kristanto, Penulis buku Nabung Saham Syariahdan Auditor di Kantor Akuntan Publik Erfan & Rakhmawan Surabaya.